Sosialisasi Generasi Muda Terhadap Perpustakaan Keliling

A. Latar Belakang Masalah
Istilah “perpustakaan” memang sudah tidak asing lagi bagi seorang pelajar, begitu juga bagi para pekerja kantor dan masyarakat, baik yang berpendidikan maupun yang tidak. Mengapa demikian? Alasannya adalah di Indonesia terdapat kesenjangan budaya dan intelektualitas disebabkan oleh peradaban yang belum merata di antara seluruh bangsa.
Dengan berkembangnya intelektual masyarakat dan kemajuan teknologi dari dasawarsa ke dasawarsa dan dari abad ke abad, menyebabkan perpustakaan tidak lagi hanya sebagai tempat penghimpunan dan peminjaman buku, melainkan juga sebagai bahan-bahan telaah lainnya, baik dalam bentuk media visual, maupun media audio dan media audio-visual.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa perpustakaan hadir tidak hanya sebagai sarana edukatif dan rekreatif, tetapi juga sebagai sarana informatif, kreatif dan inovatif, sejalan secara simbiosis dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi.
Namun, tidak semua orang bisa menikmati perpustakaan yang tersedia di masing-masing daerah, atau dalam suatu lembaga pendidikan lantaran minimnya pengetahuan mereka tentang wacana tersebut atau dikarenakan fasilitas buku-buku perpustakaan yang kurang memadai.
Saat ini pula, masih kita jumpai dilingkungan pedesaan yang jauh dari peradaban media komunikasi modern belum bisa baca tulis (buta huruf) dengan alasan faktor pendidikan mereka yang rendah. Selain itu, mereka juga mengeluh semakin mahalnya biaya pendidikan serta harga buku-buku pelajaran bagi anak-anak mereka. Oleh karena itu, kita sebagai pemuda yang peduli terhadap lingkungan sekitar perlu memperhatikan hal tersebut. Sebab, bangsa ini akan semakin maju jika generasi penerusnya berwawasan luas, ber-IPTEK dan ber-IMTAQ serta cinta tanah air dan bangsa.
Sedang kita tahu bahwa salah satu cara untuk memperluas khazanah intelektual kita adalah dengan membaca buku terkait dengan fungsi perpustakaan, maka kita sebagai pemuda yang berpendidikan patut menyumbangkan ide/pikiran tentang solusi bagi masyarakat yang kurang bisa menjangkau media intelektual tersebut. Dengan kata lain, memberikan sumbangsih yakni mengadakan sosialisasi perpustakaan keliling. Dengan mengadakan kegiatan ini, diharapkan masyarakat menengah ke bawah mampu memanfaatkannya sebaik mungkin dan dapat mengurangi buta huruf yang menjangkit masyarakat sekitar serta mampu mengembangkan minat baca mereka terhadap buku.
Dalam membahas kegiatan ini, perlu terlebih dahulu dijelaskan secara ringkas pengertian komunikasi, unsur-unsur komunikasi, efektivitas komunikasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, guna terealisasinya kegiatan sosialisasi perpustakaan keliling sesuai dengan perencanaan komunikasi. Pertama, pengertian komunikasi dalam garis besarnya adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, kedua belah pihak dapat saling memahami (komunikatif), baik dari pengirim pesan (komunikator) maupun penerima pesan (komunikator).
Kedua, unsur-unsur atau komponen komunikasi yang terdiri dari: komunikator (orang yang menyampaikan pesan), pesan (pernyataan yang didukung oleh lambang), komunikan (orang yang menerima pesan), media (sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya) dan efek (dampak sebagai pengaruh dari pesan).
Ketiga, untuk mencapai tingkat efektivitas komunikasi, maka harus kita sadari bahwa komunikan memiliki sifat yang selektif dalam memilih media massa yang akan digunakannya. Dan keselektivitasan komunikan dalam memilih pesan tergantung pada dua faktor, yakni expectation of reward (mengharapkan ganjaran) dan effort to be required (menghendaki suatu usaha). Adapun fakkor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada umumnya, yakni kemungkinan berbagai hambatan yang dapat timbul, diantaranya: kebisingan, keadaan psikologis komunikan, kekurangan ketrampilan komunikator atau komunikan, kesalahan penilaian oleh komunikator, kurangnya pengetahuan komunikator/komunikan, bahasa, isi pesan berlebihan, bersifat satu arah, faktor teknis, kepentingan/interest, prasangka, cara penyampaian terlalu verbalistik dan sebagainya.
Namun, untuk merealisasikan kegiatan ini, perlu dibahas terlebih dahulu tentang perencanaan komunikasi guna suksesi kegiatan sosialisasi perpustakaan keliling tersebut. Maka, makalah ini akan membahas sekelumit tentang perencanaan komunikasi dalam rangka pendekatan sosialisasi perpustakaan keliling di pedesaan terbelakang. Dalam artian, pedesaan yang belum tersentuh oleh media komunikasi modern.
B. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan dan mempermudah pembahasan, maka rumusan masalah akan dijabarkan dalam poin-poin berikut ini:
1. Bagaimana perencanaan komunikasi dalam rangka pendekatan terhadap sosialisasi perpustakaan keliling dapat berlangsung sesuai dengan sistem komunikasi yang komunikatif?
2. Sejauh mana peran serta dan pengaruh perencanaan komunikasi tersebut terhadap masyarakat (komunikan)?
C. Pembahasan
Sebagaimana keterangan di atas, dalam rangka pendekatan terhadap sosialisasi perpustakaan keliling, diperlukan perencanaan komunikasi yang matang, agar dapat berlangsung secara komunikatif. Dengan demikian, terdapat empat elemen utama perencanaan, yaitu:
1. Tujuan (objective). Kondisi masa depan yang akan dicapai.
2. Aksi (Action). Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
3. Sumber Daya (Resources). Hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksakan aksi.
4. Pelaksanaan (Implementation). Tata cara dan arah pelaksanaan kegiatan.
1.) Tujuan (objective)
Tujuan interaksi/komunikasi adalah keterpaduan antara konsep diri dengan konsep orang lain, suatu kemampuan yang sempurna untuk mengantisipasi, menduga dan bertindak selaras dengan kebutuhan bersama antara diri sendiri dengan orang lain. Adapun tujuan dari komunikasi dalam rangka pendekatan terhadap sosialisasi perpustakaan keliling adalah:
a. Mengubah sikap (to change the attitude). Agar masyarakat (komunikan) mengerti pesan yang kita sampaikan sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.
b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion). Kita sebagai komunikator yang baik, maka kita harus mengetahui aspirasi masyarakat (komunikan) tentang apa yang diinginkannya. Dengan kata lain, memahami orang lain dan tidak mengedapankan pendapat kita. Sehingga masyarakat dengan leluasa mampu mengembangkan dan mengolah opini/pendapat mereka setelah diadakannya kegiatan ini.
c. Mengubah perilaku (to change the behavior). Supaya pendapat/gagasan kita dapat diterima orang lain, maka kita harus berusaha agar gagasan kita dapat mereka terima dengan pendekatan persuasif tanpa memaksakan kehendak mereka. Dengan mengadakan kegiatan ini, diharapkan masyarakat mau memanfaatkan media kepustakaan yang disediakan, mampu memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan.
d. Mengubah masyarakat (to change the society). Dalam artian, menggerakkan masyarakat untuk melakukan sesuatu, yakni dengan melakukan kegiatan sosialisasi ini, diharapkan masyarakat terdorong/tergerak hatinya untuk membaca dan sebagainya.
2.) Aksi (action). Setelah kita mengetahui tujuan diadakannya sosialisasi perpustakaan keliling ini, selanjutnya kita membahas aksi yang perlu dilakukan, yakni:
a. Pendekatan kemasyarakatan. Yakni melalui mekanisme sosio-kultural. Hal ini tidak lepas dari proses komunikasi yang akan dilancarkan. Agar kita sebagai komunikator mengetahui opini/pendapat mereka serta mengetahui apa yang mereka inginkan, maka kita perlu mengenal masyarakat/turun lapangan terlebih dahulu agar tidak terjadi “ledakan-ledakan” yang tidak diinginkan.
b. Pendekatan koordinatif dan integratif. Dengan kata lain, untuk mempercepat tercapainya tujuan, maka perlu dilakukan koordinasi dan integrasi antara pelaksana/pantia kegiatan tersebut (komunikator) dengan para anggotanya, begitu juga koordinasi dengan masyarakat (komunikan). Dan menyusun kegiatan tersebut sehingga masyarakat paham akan isi pesan yang disampaikan dalam kegiatan tersebut.
c. Pendekatan edukatif dan persuasif. Pendekatan ini mempunyai peranan penting untuk mencapai perubahan sikap mental yang negatif dari sasaran kita (masyarakat), terutama dari media massa agar lebih berperan serta secara positif dalam ikut mewujudkan tujuan dari sosialisasi perpustakaan keliling. Dengan kata lain, menetapkan metode penyampaian yang akan digunakan. Baik itu dari segi pelaksanaannya, maupun bentuk isinya.
d. Seleksi dan penggunaan media. Penggunaan medium sebagai alat penyalur ide, dalam rangka merebut pengaruh dalam masyarakat, merupakan suatu keharusan. Karena, selain media komunikasi mampu menjangkau jumlah besar khalayak masyarakat, juga mempunyai fungsi sosisal yang kompleks. Dengan kata lain, kita harus cermat/selektif dalam memilih media komunikasi yang akan kita gunakan dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi perpustakaan keliling tersebut.
3.) Sumber daya (resources). Setelah kita merencanakan aski tersebut, langkah berikutnya yakni sumber daya. Dalam artian, hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan aksi. Diantaranya adalah:
a. Menentukan jenis media yang akan digunakan. Baik berupa media visual, maupun media audio dan media audio-visual.
b. Proses komunikasi yang komunikatif, baik itu antara panitia pelaksana (komunikator) dengan khalayak masyarakat (komunikan) atau dari segi penyampaian pesan dan unsur-unsur komunikasi lainnya.
c. Mengaplikasikan/menerapkan teknik komunikasi persuasif. Dalam hal ini terdapat tahapan dalam komunikasi persuasif yang perlu dilaksanakan secara sistematis yakni suatu formula yang disebut dengan AIDDA (attention [perhatian], interest [minat], desire [hasrat], decision [keputusan], action [kegiatan]) yang dapat dijadikan sebagai landasan pelaksanaan, agar masyarakat tergerak hatinya/berminat untuk mengikuti kegiatan sosialisasi tersebut.
4.) Pelaksanaan (implementation). Hal ini berhubungan dengan tata cara dan arah pelaksanaan kegiatan. Dan pelaksanaan (implementation) ini akan kita selenggarakan setelah melaksanakan tahap-tahap perencanaan di atas yang telah disebutkan. Adapun tata cara pelaksanaan kegiatan sosialisasi perpustakaan keliling adalah sebagai berikut:
a. Menyelidiki dan mendengar (fact finding). Hal ini meliputi penelitian pendapat, sikap dan reaaksi masyarakat. Dengan begitu, kita akan mengetahui masalah apa yang sedang mereka hadapi. Sebagai contoh: minimnya masyarakat yang bisa baca tulis dan minimnya biaya orang tua untuk membelikan buku-buku pelajaran bagi anak mereka. Dengan mengadakan kegiatan ini, diharapkan bisa sedikit membantu mengurangi beban mereka. Selain itu juga membantu mengeluarkan mereka dari kebuta hurufan.
b. Mengambil ketentuan dan merencanakan (planning) setelah pendapat, sikap dan reaksi masyarakat dianalisa, lalu diserahkan dengan kebijaksanaan dan kegiatan organisasi (yakni berupa kegiatan sosialisasi). Pada taraf ini bisa ditemukan “pilihan yang diambil”.
c. Melaksanakan komunikasi (communication). Rencana-rencana di atas harus dikomunikasikan dengan semua pihak yang bersangkutan dengan metode yang sesuai. Dengan tahap ini kita “menerangkan (menjelaskan) tindakan yang diambil dan apa alasan jatuhnya pilihan tersebut”. Setelah mendapat kesepakatan dari semua pihak, maka kegiatan akan disahkan. Dalam hal ini, kita mengambil tema sosialisasi perpustakaan keliling.
d. Penilaian (evaluation). Dinilai dari segi-segi berhasil tidaknya, apa sebab-sebabnya, apa yang sudah dicapai, apa resep kemanjurannya dan apa faktor pennghambatnya. Bagaiman hasil pelaksanaan tugas dan sebab-sebabnya “itulah pertanyaan yang timbul dalam tahap ini”.
Adapun rencana kegiatan tersebut adalah:
a. Tema kegiatan: “Sosialisasi Generasi Muda Terhadap Perpustakaan Keliling”
b. Komunikator : panitia pelaksana yang terdiri dari pelajar SMU sederajat dan mahasiswa serta pihak instansi yang terkait.
c. Komunikan: masyarakat setempat. Baik untuk anak-anak maupun orang tua.
d. Pesan yang disampaikan:
- Spanduk dan baleho: “Dengan Membaca Buku, Kita Raih Cakrawalala Dunia”.
- Radio: mengajak masyarakat untuk gemar membaca buku. Dan mempublikasikan sosialisasi perpustakaan keliling.
e. Media yang digunakan:
e. Adapun media yang digunakan adalah:
- Alat transportasi: mobil dan sepeda motor.
- Media visual: baleho dan spanduk.
- Media audio visual: radio, mikrophon (mic) sound system (pengeras suara).
- Buku-buku bacaan yang akan disosialisasikan. Baik umum maupun buku yang berbasis pendidikan.
f. Alasan memilih media:
- Baleho dan spanduk lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
- Mobil dan sepeda motor: sebagai alat yang mudah untuk menjangkau pedesaan.
- Mikrophon dan sound system merupakan media yang efektif dalam mempublikasikan kegiatan sosialisasi tersebut.
- Dengan radio akan lebih mudah untuk mempublikasikan kegiatan yang disampaikan melalui media audio.
- Buku perpustakaan merupakan khazanah kepustakaan yang digunakan sebagai media visual.
g. Model pelaksanaan:
- Petugas perpustakaan berkeliling dari desa ke desa dengan mengendarai mobil khusus perpustakaan.
- Pelaksanaan sosialisasi adalah setiap hari. Mengenai waktu dan tempat kondisional atau sesuai dengan kesepakatan antara panitia atau petugas dengan masyarakat dari desa terkait.
D. Simpulan
Setelah penulis membahas makalah tentang perencanaan komunikasi dalam rangka pendekatan sosialisasi perpustakaan keliling yang telah diterangkan sebelumnya, maka penulis akan kemukakan secara ringkas beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa perpustakaan merupakan suatu media komunikasi, baik berupa media visual, maupun audio dan audio-visual yang sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat. Baik itu dari kalangan pelajar, para pekerja dan sebagainya. Namun tidak semua orang dapat menikmati fasilitas perpustakaan yang telah disediakan.
2. Masih kita dapati suatu daerah tertentu (pedesaan) secara mayoritas, komunitas masyarakatnya buta huruf dan rendahnya pendidikan mereka lantaran faktor ekonomi serta jauh dari jangkauan media komunikasi.
3. Mengingat banyaknya masyarakat pedesaan yang masih buta huruf dan rendahnya pendidikan mereka, maka sebagai generasi muda yang berpendidikan, patut memberi solusi yakni mengadakan kegiatan sosialisasi perpustakaan keliling, guna mengentaskan buta huruf serta meningkatkan kualitas intelektual mereka, terlebih bagi anak-anak mereka.
4. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, penulis membuat perencanaan komunikasi dalam rangka pendekatan terhadap sosialisasi perpustakaan keliling yang meliputi empat elemen utama perencanaan yaitu:
a. Tujuan (objective). Kondisi masa depan yang akan dicapai.
b. Aksi (Action). Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
c. Sumber Daya (Resources). Hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksakan aksi.
d. Pelaksanaan (Implementation). Tata cara dan arah pelaksanaan kegiatan.
5. Dengan diadakannya kegiatan ini, penulis memprediksikan bahwa kegiatan ini akan memberikan (menghasilkan) pengaruh positif bagi masyarakat di daerah/pedesaan tersebut, maupun juga bagi panitia pelaksana (yakni generasi muda) yakni menambah khazanah intelektual mereka terhadap wacana kepustakaan, mengurangi kebuta hurufan (tidak bisa baca tulis), juga meningkatkan minat baca mereka terhadap buku. Perlu kita ketahui, bahwa semua ini akan terealisasi dengan sukses jika antara unsur-unsur komunikasi (komunikator, komunikan, pesan, media dan efek) berlangsung dengan lancar dan komunikatif.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar, Strategi Komunikasi, Cetakan ke-2, Bandung: CV Armico Bandung, 1982.
Erna, Awanda, http://awandaerna.multiply.com/journal/item/3
Hanafi, Abdillah, Memahami Komunikasi Antar Manusia, Surabaya: Usaha Nasional, 1984.
Rakhmat, Jalaluddin, psikologi komunikasi, Cetakan ke-26, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
Uchana Effendy, Onong , Dinamika Komunikasi, Cetakan ke-3, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993.
Uchana Effendy, Onong, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, Cetakan ke- 3, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003.
Widjaja, A.W., Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyrakat, Edisi I, Cetakan ke-2, Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Istilah “perpustakaan” atau dalam bahasa Inggris library berasal dari kata latin librarius, yang secara harfiah berarti “kumpulan buku”. Lihat Prof. Drs. Onong Uchana Effendy, M.A., Dinamika Komunikasi, cet. 3, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), 199.
Prof. Drs. Onong Uchana Effendy, M.A., Dinamika Komunikasi, cet. 3, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), 199.
Istilah “komunikasi” diambil dari perkataan Inggris communication yang bersumber dari bahasa latin communicatio yang artinya pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu). Kata sifat dari communis yang artinya bersifat umum dan terbuka. Bersama-sama (common, commoness). Kata kerjanya communicare yang artinya bermusyawarah, berunding atau berdialog. Untuk lebih jelasnya, lihat Drs. Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Cet. 2, (Bandung: CV Armico Bandung, 1982), 14. Lihat juga dalam Prof. Drs. Onong Uchana Effendy, M.A., Dinamika Komunikasi, Cet. 3, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), 3-4.
Drs. A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyrakat, Ed. 1, Cet. 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 8.
Ibid, 6.
Ibid, 25.
Ibid, 25-26.
http://awandaerna.multiply.com/journal/item/3
Drs. Abdillah Hanafi, Memahami Komunikasi Antar Manusia, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), 284.
Prof. Drs. Onong Uchana Effendy, M.A., Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, Cet. 3, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), 55. Lihat juga dalam buku Drs. A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyrakat, Ed. 1, Cet. 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 10-11.
Drs. A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyrakat, Ed. 1, Cet. 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 60.
Drs. Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Cet. 2, (Bandung: CV Armico Bandung, 1982), 72.
“Media atau medium” berasal dari bahasa Latin yang berarti saluran atau alat menyalurkan. Dalam pengertian jamak memakai istilah media, sedang dalam pengertian tunggal memakai istilah medium. Selengkapnya lihat dalam buku Drs. Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Cet. 2, (Bandung: CV Armico Bandung, 1982), 23.
Ibid, 78.
Prof. Drs. Onong Uchana Effendy, M.A., Dinamika Komunikasi, Cet. 3, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), 25.
Drs. A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyrakat, Ed. 1, Cet. 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 56.
http://awandaerna.multiply.com/journal/item/3

Sistim Informasi Pemasaran

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai perkembangan sekarang, perusahaan yg menggunakan TPS( transaction processing unit, database yag ada dapat digabungkan dg database non transaksi yg berasal dari sistem informasi fungsional. Gabungan database ini dapat digunakan oleh manajer semua level untuk membuat laporan, salah satu sistem fungsional yg akan kita bahas sekarang adalah sistem informasi pemasaran.
Produk ataupun jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tidak mungkin dapat mencari sendiri pembeli ataupun peminatnya. Oleh karena itu, produsen dalam kegiatan pemasaran produk atau jasanya harus membutuhkan konsumen mengenai produk atau jasa yang dihasilkannya. Salah satu cara yang digunakan produsen dalam bidang pemasaran untuk tujuan meningkatkan hasil produk yaitu melalui kegiatan promosi. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa promosi adalah salah satu faktor yang diperlukan bagi keberhasilan dan strategi pemasaran yang diterapkan suatu perusahaan terutama pada saat ini ketika era informasi berkembang pesat, maka promosi merupakan salah satu senjata ampuh bagi perusahaan dalam mengembangkan dan mempertahankan usaha.
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana diketahui bahwa keadaan dunia usaha bersifat dinamis, yang selalu mengalami perubahan yang terjadi setiap saat dan adanya keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan perusahaan umumnya dan pada bidang pemasaran khususnya. Disamping itu strategi pemasaran yang diterapkan harus ditinjau dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar tersebut. Dengan demikian strategi pemasaran harus dapat memberikan gambaran yang jelas dan terarah tentang apa yang dilakukan perusahaan dalam menggunakan setiap kesempatan atau peluan pada beberapa sasaran pasar.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dengan lebih pasti system informasi pemasaran yang paling sesuai dengan keadaan perusahaan untuk dapat tumbuh dan berkembang dalam persaingan.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Informasi Pemasaran
Jika didefinisakan dalam arti yang luas, sistem informasi pemasaran adalah kegiatan perorangan dan organisasi yang memudahkan dan mempercepat hubungan pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan yang dinamis melalui penciptaan pendistribusian promosi dan penentuan harga barang jasa dan gagasan. Sistem informasi pemasaran selalu digunakan oleh bagian pemasaran dalam sebuah perusahaan untuk memasarkan produk-produk perusahaan tersebut.
B. Macam-Macam Sistem Informasi Pemasaran
Sistem informasi pemasaran terdiri dari beberapa subsistem antara lain:
1. Subsistem riset pemasaran, merupakan sistem yang berhubungan dengan pengumpulan, pencatatan dan analisis data pelanggan dan calon pelanggan dan calon pelanggan.
2. Subsistem informasi pemasaran, merupakan subsistem yg berhubungan dengan pengumpulan, pencatatan dan analisis terhadap pesaing.
3. Subsistem pemrosesan transaksi, merupakan subsistem berupa sistem informasi akuntansi.
4. Subsistem produk, berguna untuk membuat rencana produk baru.
5. Subsistem tempat, berguna untuk pengambilan keputusan terhadap penentuan tempat yg sesuai dg pelemparan produk yg dihasilkan.
6. Subsistem promosi, berfungsi untuk melakukan analisis terhadap promosi yg dilakukan untuk meningkatkan penjualan.
7. Subsistem harga, berfungsi untuk membantu menetapkan harga terhadap produk yg dihasilkan.
8. Subsistem peramalan penjualan, untuk melakukan peramalan penjualan.
C. Komponen Sistem Informasi Pemasaran
Sistem informasi pemasaran mempunyai komponen yang sama dengan sistem informasi secara umum, yaitu :
a. Komponen Input Pemasaran
Sistem informasi pemasaran mengumpulkan data yang menjelaskan transaksi pemasaran perusahaan. Subsistem intelejen pemasaran mengumpulkan informasi dari lingkungan perusahaan yang berkaitan dengan operasi pemasaran. Subsistem peneliti pemasaran menlakukan penelitian khusus mengenai operasi pemasaran.
b. Komponen Model Pemasaran
Model digunakan untuk menghasilkan informasi yang relevan yang sesuai dengan kebutuhan pemakai sistemnya. Model merupakan cetakan yang merubah bentuk input menjadi output. Model di sistem informasi pemasaran banyak digunakan untuk menghasilkan laporan keperluan anggaran operasi, strategi penentuan harga produk, evaluasi produk baru, pemilihan lokasi fasilitas, evaluasi penghapusan produk lama,penunjukan salesman, penentuan rute pengiriman yang paling optimal, pemilihan media iklan yang paling efektif dan untuk persetujuan kredit.
c. Komponen Basis Data Pemasaran
Data yang digunakan oleh Subsistem out put berasal dari data base. Beberapa data dalam data base adalah unik bagi fungsi pemasaran, tapi banyak yang berbagi dengan area fungsional lain.
d. Komponen Output Pemasaran
Tiap Subsistem out put menyediakan informasi tentang Subsistem itu sebagai bagian dari bauran Subsistem produk menyediakan informasi tentang produk perusahaan. Subsistem promosi menyediakan informasi tentang kegiatan periklana perusahaan dan penjualan langsung. Subsistem harga membantu manajer untuk membuat keputusan harga.
D. Subsistem Sistem Informasi Pemasaran
Subsistem Penelitian Pemasaran (Riset Pemasaran) merupakan sistem yang berhubungan dengan pengumpulan, pencatatan dan analisis data pelanggan dan calon pelanggan dan calon pelanggan. Manajer pemasaran dapat mengunakan penelitian pemasaran untuk mengumpulkan segala jenis informasi tetapi sebagian besar kegiatan ditujukan pada pelanggan dan calon pelanggan :
a. Subsistem Produk
Subsistem produk berguna untuk membuat rencana produk baru, yaitu :
1. Siklus hidup produk
Tugas manajer pemasaran adalah mengembangkan strategi dan taktik untuk tiap unsur dalam bauran pemasaraan dan kemudian mengintegrasikan menjadi suatu rencana pemasaran yang menyeluruh. Suatu kerangka kerja yang disebut siklus hidup produk mengarahkan manajer dalam membuat keputusan-keputusan ini seperti arti namanya siklus hidup produk.
2. Model evaluasi produk baru
Keputusan untuk mengembangkan produk baru harus dipertimbangkan secara matang dan dengan dasar keuangan yang baik dan dibuat oleh eksekutif. Perusahaan yang memperkenalkan banyak produk baru mengembangkan suatu prosedur formal yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti potensi tingkat keuntungan dan efisiensi penggunaan sumber daya.
b. Subsistem Tempat
Pengambilan keputusan terhadap penentuan tempat yang sesuai dengan pelemparan produk yg dihasilkan sangat menentukan tingkat penjualan produk. Untuk itu, posisi subsistem ini sangat vital dalam keberadaanya.
c. Subsistem Promosi
Subsistem promosi berfungsi untuk melakukan analisis terhadap promosi yg dilakukan untuk meningkatkan penjualan.
d. Subsistem Harga
Subsistem harga berfungsi untuk membantu menetapkan harga terhadap produk yg dihasilkan.
E. Evolusi Konsep Sistem Informasi Pemasaran
Pada tahun 1966 profesor Philip kotler dari Northwestern university menggunakan istilah pusat syaraf pemasaran (marketing nerve center). Ia mengidentifikasikan tiga jenis informasi pemasaran :
1. Intelijen pemasaran (marketing intelligence) informasi yang mengalir keperusahaan dari lingkungan.
2. Informasi pemasaran intern (internal marketing information) informasi yang dikumpulkan dalam peruasahaan.
3. Komunikasi pemasaran (marketing Communication) informasi yang mengalir keluar kelingkungan.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem informasi pemasaran adalah kegiatan perorangan dan organisasi yang memudahkan dan mempercepat hubungan pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan yang dinamis melalui penciptaan pendistribusian promosi dan penentuan harga barang jasa dan gagasan.
2. Sistem informasi pemasaran selalu digunakan oleh bagian pemasaran dalam sebuah perusahaan untuk memasarkan produk-produk perusahaan tersebut.
B. Saran
1. Sistem informasi pemasaran harus selalu digunakan oleh bagian pemasaran dalam sebuah perusahaan untuk memasarkan produk-produk perusahaan tersebut maju dan bersaing secara sehat.
2. Dalam mengembangkan produk baru produksen harus dipertimbangkan secara matang dan dengan dasar keuangan yang baik dan dibuat oleh eksekutif.


DAFTAR PUSTAKA

• Basu Swastha D.H. MBA, Sistem informasi pemasaran , Liberty, Yogyakarta, 1990
• Gitosudarmo, Indriyo, Manajemen Pemasaran,BPFE Yogyakarta, 1994
• Jauch, lawrence R, Manajemen Strategis Dan Kebijakan Perusahaan, Erlangga, Jakarta, 1993
• Stanton, William, J, Prinsip Pemasaran, Erlangga, 1986
• Sutojo Siswanto, Kerangka Dasar Manajemen Pemasaran, LPPM, 1981
• Sofjian, Assauri, Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi , Rajawali, Jakarta, 1992
• Winardi, Manajemen Pemasaran, Sinar Baru, Bandung, 1981

Analisis Regresi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis regresi merupakan analisis yang mempelajari bagaimana membangun sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu fenomena alami atas dasar fenomena yang lain. Ada juga yang menyatakan bahwa analisis regresi merupakan suatu analisis mengenai hubungan antara dua variable atau lebih yang umumnya dinyatakan dalam persamaan matematik. Dalam statistika sebuah model regresi dikatakan baik atau cocok,jika dipenuhi asumsi-asumsi ideal (klasik), yakni tidak adanya otokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinieritas. Sehingga proses kontrol terhadap model perlu dilakukan untuk menelaah dipenuhi tidaknya asumsi tersebut. Salah satu dari ketiga asumsi model regresi linier klasik adalah yakni tidak terdapat multikolinearitas di antara variabel yang menjelaskan yang termasuk dalam model.
Ada beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah multikolinearitas, seperti : pengunaan informasi apriori dari hubungan beberapa variable yang berkolinear, menghubungkan data cross-sectional dan data time series, mengeluarkan suatu variabel atau beberapa variabel bebas yang terlibat hubungan kolinear, melakukan transformasi variabel dengan prosedur first difference, melalui ln (logaritma) dan penambahan data baru dan juga melalui ridge regression. Akan tetapi pada prakteknya prosedur penanggulangan yang telah disebutkan di atas sangat tergantung sekali pada kondisi penelitian, misalnya : penggunaan informasi apriori sangat tergantung dari ada atau tidaknya dasar teori (literatur) yang sangat kuat untuk mendukung hubungan matematis antara variabel bebas yang saling berkolinear, prosedur mengeluarkan variabel bebas yang berkolinear seringkali membuat banyak peneliti keberatan karena prosedur ini akan mengurangi obyek penelitian yang diangkat, sedangkan prosedur lainnya seperti menghubungkan data cross sectional dan time series, prosedur first difference dan penambahan data baru seringkali hanya memberikan efek penanggulangan yang kecil pada masalah multikolinearitas.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Memahami pengertian analisis regresi?
2. Bagaimana menguji suatu model regresi dikatakan sudah baik?
3. Bagaimana menaksir Model Regresi dalam kondisi ideal ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan menggunakan analisis regresi ialah :
- Membuat estimasi rata-rata dan nilai variabel tergantung dengan didasarkan pada nilai variabel bebas.
- Menguji hipotesis karakteristik dependensi
- Untuk meramalkan nilai rata-rata variabel bebas dengan didasarkan pada nilai variabel bebas diluar jangkaun sample.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah kita dapat memahami segala tindakan yang perlu dilakukan dalam mengidentifikasi serta dalam menanggulangi masalah analisis regresi untuk penelitian-penelitian yang akan datang.
D. Kerangka Pemikiran
Penggunaan regresi sederhana didasarkan pada asumsi diantaranya sbb :
- Model regresi harus linier dalam parameter
- Variabel bebas tidak berkorelasi dengan disturbance term (Error)
- Varian untuk masing-masing error term (kesalahan) konstan
- Tidak terjadi otokorelasi
- Model regresi dispesifikasi secara benar. Tidak terdapat bias spesifikasi dalam model yang digunakan dalam analisis empiris.
E. Metode Analisis
Metode analisis dapat didasarkan dengan menggunakan dua hal, yaitu: tingkat signifikansi atau probabilitas (α) dan tingkat kepercayaan atau confidence interval. Didasarkan tingkat signifikansi pada umumnya orang menggunakan 0,05. Kisaran tingkat signifikansi mulai dari 0,01 sampai dengan 0,1. Yang dimaksud dengan tingkat signifikansi adalah probabilitas melakukan kesalahan tipe I, yaitu kesalahan menolak hipotesis ketika hipotesis tersebut benar. Tingkat kepercayaan pada umumnya ialah sebesar 95%, yang dimaksud dengan tingkat kepercayaan ialah tingkat dimana sebesar 95% nilai sample akan mewakili nilai populasi dimana sample berasal.

BAB II
PEMBAHASAN DAN HASIL
1.1 Landasan Teori
Untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas. Gujarati (2006) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variabel) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory). Variabel pertama disebut juga sebagai variabel tergantung dan variabel kedua disebut juga sebagai variabel bebas. Jika variabel bebas lebih dari satu, maka analisis regresi disebut regresi linear berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada variabel tergantung.
1.2 Model Regresi
Model kelayakan regresi linear didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Model regresi dikatakan layak jika angka signifikansi pada ANOVA sebesar < 0.05
b. Predictor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka Standard Error of Estimate < Standard Deviation
c. Koefesien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan Uji T. Koefesien regresi signifikan jika T hitung > T table (nilai kritis)
d. Tidak boleh terjadi multikolinieritas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas. Syarat ini hanya berlaku untuk regresi linier berganda dengan variabel bebas lebih dari satu.
e. Tidak terjadi otokorelasi. Terjadi otokorelasi jika angka Durbin dan Watson (DB) sebesar < 1 dan > 3
f. Keselerasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai r2 semakin besar nilai tersebut maka model semakin baik. Jika nilai mendekati 1 maka model regresi semakin baik. Nilai r2 mempunyai karakteristik diantaranya: 1) selalu positif, 2) Nilai r2 maksimal sebesar 1. Jika Nilai r2 sebesar 1 akan mempunyai arti kesesuaian yang sempurna. Maksudnya seluruh variasi dalam variabel Y dapat diterangkan oleh model regresi. Sebaliknya jika r2 sama dengan 0, maka tidak ada hubungan linier antara X dan Y.
g. Terdapat hubungan linier antara variabel bebas (X) dan variabel tergantung (Y)
h. Data harus berdistribusi normal
i. Data berskala interval atau rasio
j. Kedua variabel bersifat dependen, artinya satu variabel merupakan variabel bebas (disebut juga sebagai variabel predictor) sedang variabel lainnya variabel tergantung (disebut juga sebagai variabel response)
1.3 Karakteristik Model Regresi
Model dikatakan baik menurut Gujarati (2006), jika memenuhi beberapa kriteria seperti di bawah ini:
- Parsimoni: Suatu model tidak akan pernah dapat secara sempurna menangkap realitas; akibatnya kita akan melakukan sedikit abstraksi ataupun penyederhanaan dalam pembuatan model.
- Mempunyai Identifikasi Tinggi: Artinya dengan data yang ada, parameter-parameter yang diestimasi harus mempunyai nilai-nilai yang unik atau dengan kata lain, hanya akan ada satu parameter saja.
- Keselarasan (Goodness of Fit): Tujuan analisis regresi ialah menerangkan sebanyak mungkin variasi dalam variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas dalam model. Oleh karena itu, suatu model dikatakan baik jika eksplanasi diukur dengan menggunakan nilai adjusted r2 yang setinggi mungkin.
- Konsitensi Dalam Teori: Model sebaiknya segaris dengan teori. Pengukuran tanpa teori akan dapat menyesatkan hasilnya.
- Kekuatan Prediksi: Validitas suatu model berbanding lurus dengan kemampuan prediksi model tersebut. Oleh karena itu, pilihlah suatu model yang prediksi teoritisnya berasal dari pengalaman empiris.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Analisis regresi berbeda dengan analisis korelasi. Jika analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan dua variable; maka analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh variable bebas terhadap variable tergantung serta memprediksi nilai variable tergantung dengan menggunakan variable bebas. Dalam analisis regresi variable bebas berfungsi untuk menerangkan (explanatory) sedang variable tergantung berfungsi sebagai yang diterangkan (the explained). Dalam analisis regresi data harus berskala interval atau rasio. Hubungan dua variable bersifat dependensi. Untuk menggunakan analisis regresi diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.
B. Saran
Walaupun tampak canggih, analisis faktor bukan segalanya. Teknik ini tidak terlepas dari berbagai kelemahan. Keterbatasan utama adalah tingginya subjektivitas dalam penentuan jumlah faktor dan interpretasi setiap faktor. Untuk itu, diperlukan suatu teori-teori yang mendukung untuk menentukan banyaknya faktor yang terbentuk secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA
- Dien Sukardinah, Soemartini, I.Gde.Mindra .2005. Bahan Kuliah Regresi Lanjutan. Bandung.
- Gujarati, Damodar. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga.
- http://dickyrahardi.blogspot.com/2006/12/principal component analisis-pca.html.
- Santoso, Singgih. 2002. SPSS Statistik Multivariat. Jakarta : PT. Elex Media Kompitundo.
- Simamora, Bilson. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
- Supranto, M.A. 2004. Analisis Multivariat (Arti & Interpretasi). Jakarta : Rineka Cipta.
- www.Google.com /Multikolinearitas/Principal Component Analysis (PCA) Metode Jitu Untuk Mengatasi Masalah Multikolinearitas.