Sosialisasi Generasi Muda Terhadap Perpustakaan Keliling

A. Latar Belakang Masalah
Istilah “perpustakaan” memang sudah tidak asing lagi bagi seorang pelajar, begitu juga bagi para pekerja kantor dan masyarakat, baik yang berpendidikan maupun yang tidak. Mengapa demikian? Alasannya adalah di Indonesia terdapat kesenjangan budaya dan intelektualitas disebabkan oleh peradaban yang belum merata di antara seluruh bangsa.
Dengan berkembangnya intelektual masyarakat dan kemajuan teknologi dari dasawarsa ke dasawarsa dan dari abad ke abad, menyebabkan perpustakaan tidak lagi hanya sebagai tempat penghimpunan dan peminjaman buku, melainkan juga sebagai bahan-bahan telaah lainnya, baik dalam bentuk media visual, maupun media audio dan media audio-visual.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa perpustakaan hadir tidak hanya sebagai sarana edukatif dan rekreatif, tetapi juga sebagai sarana informatif, kreatif dan inovatif, sejalan secara simbiosis dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi.
Namun, tidak semua orang bisa menikmati perpustakaan yang tersedia di masing-masing daerah, atau dalam suatu lembaga pendidikan lantaran minimnya pengetahuan mereka tentang wacana tersebut atau dikarenakan fasilitas buku-buku perpustakaan yang kurang memadai.
Saat ini pula, masih kita jumpai dilingkungan pedesaan yang jauh dari peradaban media komunikasi modern belum bisa baca tulis (buta huruf) dengan alasan faktor pendidikan mereka yang rendah. Selain itu, mereka juga mengeluh semakin mahalnya biaya pendidikan serta harga buku-buku pelajaran bagi anak-anak mereka. Oleh karena itu, kita sebagai pemuda yang peduli terhadap lingkungan sekitar perlu memperhatikan hal tersebut. Sebab, bangsa ini akan semakin maju jika generasi penerusnya berwawasan luas, ber-IPTEK dan ber-IMTAQ serta cinta tanah air dan bangsa.
Sedang kita tahu bahwa salah satu cara untuk memperluas khazanah intelektual kita adalah dengan membaca buku terkait dengan fungsi perpustakaan, maka kita sebagai pemuda yang berpendidikan patut menyumbangkan ide/pikiran tentang solusi bagi masyarakat yang kurang bisa menjangkau media intelektual tersebut. Dengan kata lain, memberikan sumbangsih yakni mengadakan sosialisasi perpustakaan keliling. Dengan mengadakan kegiatan ini, diharapkan masyarakat menengah ke bawah mampu memanfaatkannya sebaik mungkin dan dapat mengurangi buta huruf yang menjangkit masyarakat sekitar serta mampu mengembangkan minat baca mereka terhadap buku.
Dalam membahas kegiatan ini, perlu terlebih dahulu dijelaskan secara ringkas pengertian komunikasi, unsur-unsur komunikasi, efektivitas komunikasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, guna terealisasinya kegiatan sosialisasi perpustakaan keliling sesuai dengan perencanaan komunikasi. Pertama, pengertian komunikasi dalam garis besarnya adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, kedua belah pihak dapat saling memahami (komunikatif), baik dari pengirim pesan (komunikator) maupun penerima pesan (komunikator).
Kedua, unsur-unsur atau komponen komunikasi yang terdiri dari: komunikator (orang yang menyampaikan pesan), pesan (pernyataan yang didukung oleh lambang), komunikan (orang yang menerima pesan), media (sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya) dan efek (dampak sebagai pengaruh dari pesan).
Ketiga, untuk mencapai tingkat efektivitas komunikasi, maka harus kita sadari bahwa komunikan memiliki sifat yang selektif dalam memilih media massa yang akan digunakannya. Dan keselektivitasan komunikan dalam memilih pesan tergantung pada dua faktor, yakni expectation of reward (mengharapkan ganjaran) dan effort to be required (menghendaki suatu usaha). Adapun fakkor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada umumnya, yakni kemungkinan berbagai hambatan yang dapat timbul, diantaranya: kebisingan, keadaan psikologis komunikan, kekurangan ketrampilan komunikator atau komunikan, kesalahan penilaian oleh komunikator, kurangnya pengetahuan komunikator/komunikan, bahasa, isi pesan berlebihan, bersifat satu arah, faktor teknis, kepentingan/interest, prasangka, cara penyampaian terlalu verbalistik dan sebagainya.
Namun, untuk merealisasikan kegiatan ini, perlu dibahas terlebih dahulu tentang perencanaan komunikasi guna suksesi kegiatan sosialisasi perpustakaan keliling tersebut. Maka, makalah ini akan membahas sekelumit tentang perencanaan komunikasi dalam rangka pendekatan sosialisasi perpustakaan keliling di pedesaan terbelakang. Dalam artian, pedesaan yang belum tersentuh oleh media komunikasi modern.
B. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan dan mempermudah pembahasan, maka rumusan masalah akan dijabarkan dalam poin-poin berikut ini:
1. Bagaimana perencanaan komunikasi dalam rangka pendekatan terhadap sosialisasi perpustakaan keliling dapat berlangsung sesuai dengan sistem komunikasi yang komunikatif?
2. Sejauh mana peran serta dan pengaruh perencanaan komunikasi tersebut terhadap masyarakat (komunikan)?
C. Pembahasan
Sebagaimana keterangan di atas, dalam rangka pendekatan terhadap sosialisasi perpustakaan keliling, diperlukan perencanaan komunikasi yang matang, agar dapat berlangsung secara komunikatif. Dengan demikian, terdapat empat elemen utama perencanaan, yaitu:
1. Tujuan (objective). Kondisi masa depan yang akan dicapai.
2. Aksi (Action). Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
3. Sumber Daya (Resources). Hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksakan aksi.
4. Pelaksanaan (Implementation). Tata cara dan arah pelaksanaan kegiatan.
1.) Tujuan (objective)
Tujuan interaksi/komunikasi adalah keterpaduan antara konsep diri dengan konsep orang lain, suatu kemampuan yang sempurna untuk mengantisipasi, menduga dan bertindak selaras dengan kebutuhan bersama antara diri sendiri dengan orang lain. Adapun tujuan dari komunikasi dalam rangka pendekatan terhadap sosialisasi perpustakaan keliling adalah:
a. Mengubah sikap (to change the attitude). Agar masyarakat (komunikan) mengerti pesan yang kita sampaikan sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.
b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion). Kita sebagai komunikator yang baik, maka kita harus mengetahui aspirasi masyarakat (komunikan) tentang apa yang diinginkannya. Dengan kata lain, memahami orang lain dan tidak mengedapankan pendapat kita. Sehingga masyarakat dengan leluasa mampu mengembangkan dan mengolah opini/pendapat mereka setelah diadakannya kegiatan ini.
c. Mengubah perilaku (to change the behavior). Supaya pendapat/gagasan kita dapat diterima orang lain, maka kita harus berusaha agar gagasan kita dapat mereka terima dengan pendekatan persuasif tanpa memaksakan kehendak mereka. Dengan mengadakan kegiatan ini, diharapkan masyarakat mau memanfaatkan media kepustakaan yang disediakan, mampu memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan.
d. Mengubah masyarakat (to change the society). Dalam artian, menggerakkan masyarakat untuk melakukan sesuatu, yakni dengan melakukan kegiatan sosialisasi ini, diharapkan masyarakat terdorong/tergerak hatinya untuk membaca dan sebagainya.
2.) Aksi (action). Setelah kita mengetahui tujuan diadakannya sosialisasi perpustakaan keliling ini, selanjutnya kita membahas aksi yang perlu dilakukan, yakni:
a. Pendekatan kemasyarakatan. Yakni melalui mekanisme sosio-kultural. Hal ini tidak lepas dari proses komunikasi yang akan dilancarkan. Agar kita sebagai komunikator mengetahui opini/pendapat mereka serta mengetahui apa yang mereka inginkan, maka kita perlu mengenal masyarakat/turun lapangan terlebih dahulu agar tidak terjadi “ledakan-ledakan” yang tidak diinginkan.
b. Pendekatan koordinatif dan integratif. Dengan kata lain, untuk mempercepat tercapainya tujuan, maka perlu dilakukan koordinasi dan integrasi antara pelaksana/pantia kegiatan tersebut (komunikator) dengan para anggotanya, begitu juga koordinasi dengan masyarakat (komunikan). Dan menyusun kegiatan tersebut sehingga masyarakat paham akan isi pesan yang disampaikan dalam kegiatan tersebut.
c. Pendekatan edukatif dan persuasif. Pendekatan ini mempunyai peranan penting untuk mencapai perubahan sikap mental yang negatif dari sasaran kita (masyarakat), terutama dari media massa agar lebih berperan serta secara positif dalam ikut mewujudkan tujuan dari sosialisasi perpustakaan keliling. Dengan kata lain, menetapkan metode penyampaian yang akan digunakan. Baik itu dari segi pelaksanaannya, maupun bentuk isinya.
d. Seleksi dan penggunaan media. Penggunaan medium sebagai alat penyalur ide, dalam rangka merebut pengaruh dalam masyarakat, merupakan suatu keharusan. Karena, selain media komunikasi mampu menjangkau jumlah besar khalayak masyarakat, juga mempunyai fungsi sosisal yang kompleks. Dengan kata lain, kita harus cermat/selektif dalam memilih media komunikasi yang akan kita gunakan dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi perpustakaan keliling tersebut.
3.) Sumber daya (resources). Setelah kita merencanakan aski tersebut, langkah berikutnya yakni sumber daya. Dalam artian, hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan aksi. Diantaranya adalah:
a. Menentukan jenis media yang akan digunakan. Baik berupa media visual, maupun media audio dan media audio-visual.
b. Proses komunikasi yang komunikatif, baik itu antara panitia pelaksana (komunikator) dengan khalayak masyarakat (komunikan) atau dari segi penyampaian pesan dan unsur-unsur komunikasi lainnya.
c. Mengaplikasikan/menerapkan teknik komunikasi persuasif. Dalam hal ini terdapat tahapan dalam komunikasi persuasif yang perlu dilaksanakan secara sistematis yakni suatu formula yang disebut dengan AIDDA (attention [perhatian], interest [minat], desire [hasrat], decision [keputusan], action [kegiatan]) yang dapat dijadikan sebagai landasan pelaksanaan, agar masyarakat tergerak hatinya/berminat untuk mengikuti kegiatan sosialisasi tersebut.
4.) Pelaksanaan (implementation). Hal ini berhubungan dengan tata cara dan arah pelaksanaan kegiatan. Dan pelaksanaan (implementation) ini akan kita selenggarakan setelah melaksanakan tahap-tahap perencanaan di atas yang telah disebutkan. Adapun tata cara pelaksanaan kegiatan sosialisasi perpustakaan keliling adalah sebagai berikut:
a. Menyelidiki dan mendengar (fact finding). Hal ini meliputi penelitian pendapat, sikap dan reaaksi masyarakat. Dengan begitu, kita akan mengetahui masalah apa yang sedang mereka hadapi. Sebagai contoh: minimnya masyarakat yang bisa baca tulis dan minimnya biaya orang tua untuk membelikan buku-buku pelajaran bagi anak mereka. Dengan mengadakan kegiatan ini, diharapkan bisa sedikit membantu mengurangi beban mereka. Selain itu juga membantu mengeluarkan mereka dari kebuta hurufan.
b. Mengambil ketentuan dan merencanakan (planning) setelah pendapat, sikap dan reaksi masyarakat dianalisa, lalu diserahkan dengan kebijaksanaan dan kegiatan organisasi (yakni berupa kegiatan sosialisasi). Pada taraf ini bisa ditemukan “pilihan yang diambil”.
c. Melaksanakan komunikasi (communication). Rencana-rencana di atas harus dikomunikasikan dengan semua pihak yang bersangkutan dengan metode yang sesuai. Dengan tahap ini kita “menerangkan (menjelaskan) tindakan yang diambil dan apa alasan jatuhnya pilihan tersebut”. Setelah mendapat kesepakatan dari semua pihak, maka kegiatan akan disahkan. Dalam hal ini, kita mengambil tema sosialisasi perpustakaan keliling.
d. Penilaian (evaluation). Dinilai dari segi-segi berhasil tidaknya, apa sebab-sebabnya, apa yang sudah dicapai, apa resep kemanjurannya dan apa faktor pennghambatnya. Bagaiman hasil pelaksanaan tugas dan sebab-sebabnya “itulah pertanyaan yang timbul dalam tahap ini”.
Adapun rencana kegiatan tersebut adalah:
a. Tema kegiatan: “Sosialisasi Generasi Muda Terhadap Perpustakaan Keliling”
b. Komunikator : panitia pelaksana yang terdiri dari pelajar SMU sederajat dan mahasiswa serta pihak instansi yang terkait.
c. Komunikan: masyarakat setempat. Baik untuk anak-anak maupun orang tua.
d. Pesan yang disampaikan:
- Spanduk dan baleho: “Dengan Membaca Buku, Kita Raih Cakrawalala Dunia”.
- Radio: mengajak masyarakat untuk gemar membaca buku. Dan mempublikasikan sosialisasi perpustakaan keliling.
e. Media yang digunakan:
e. Adapun media yang digunakan adalah:
- Alat transportasi: mobil dan sepeda motor.
- Media visual: baleho dan spanduk.
- Media audio visual: radio, mikrophon (mic) sound system (pengeras suara).
- Buku-buku bacaan yang akan disosialisasikan. Baik umum maupun buku yang berbasis pendidikan.
f. Alasan memilih media:
- Baleho dan spanduk lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
- Mobil dan sepeda motor: sebagai alat yang mudah untuk menjangkau pedesaan.
- Mikrophon dan sound system merupakan media yang efektif dalam mempublikasikan kegiatan sosialisasi tersebut.
- Dengan radio akan lebih mudah untuk mempublikasikan kegiatan yang disampaikan melalui media audio.
- Buku perpustakaan merupakan khazanah kepustakaan yang digunakan sebagai media visual.
g. Model pelaksanaan:
- Petugas perpustakaan berkeliling dari desa ke desa dengan mengendarai mobil khusus perpustakaan.
- Pelaksanaan sosialisasi adalah setiap hari. Mengenai waktu dan tempat kondisional atau sesuai dengan kesepakatan antara panitia atau petugas dengan masyarakat dari desa terkait.
D. Simpulan
Setelah penulis membahas makalah tentang perencanaan komunikasi dalam rangka pendekatan sosialisasi perpustakaan keliling yang telah diterangkan sebelumnya, maka penulis akan kemukakan secara ringkas beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa perpustakaan merupakan suatu media komunikasi, baik berupa media visual, maupun audio dan audio-visual yang sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat. Baik itu dari kalangan pelajar, para pekerja dan sebagainya. Namun tidak semua orang dapat menikmati fasilitas perpustakaan yang telah disediakan.
2. Masih kita dapati suatu daerah tertentu (pedesaan) secara mayoritas, komunitas masyarakatnya buta huruf dan rendahnya pendidikan mereka lantaran faktor ekonomi serta jauh dari jangkauan media komunikasi.
3. Mengingat banyaknya masyarakat pedesaan yang masih buta huruf dan rendahnya pendidikan mereka, maka sebagai generasi muda yang berpendidikan, patut memberi solusi yakni mengadakan kegiatan sosialisasi perpustakaan keliling, guna mengentaskan buta huruf serta meningkatkan kualitas intelektual mereka, terlebih bagi anak-anak mereka.
4. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, penulis membuat perencanaan komunikasi dalam rangka pendekatan terhadap sosialisasi perpustakaan keliling yang meliputi empat elemen utama perencanaan yaitu:
a. Tujuan (objective). Kondisi masa depan yang akan dicapai.
b. Aksi (Action). Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
c. Sumber Daya (Resources). Hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksakan aksi.
d. Pelaksanaan (Implementation). Tata cara dan arah pelaksanaan kegiatan.
5. Dengan diadakannya kegiatan ini, penulis memprediksikan bahwa kegiatan ini akan memberikan (menghasilkan) pengaruh positif bagi masyarakat di daerah/pedesaan tersebut, maupun juga bagi panitia pelaksana (yakni generasi muda) yakni menambah khazanah intelektual mereka terhadap wacana kepustakaan, mengurangi kebuta hurufan (tidak bisa baca tulis), juga meningkatkan minat baca mereka terhadap buku. Perlu kita ketahui, bahwa semua ini akan terealisasi dengan sukses jika antara unsur-unsur komunikasi (komunikator, komunikan, pesan, media dan efek) berlangsung dengan lancar dan komunikatif.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar, Strategi Komunikasi, Cetakan ke-2, Bandung: CV Armico Bandung, 1982.
Erna, Awanda, http://awandaerna.multiply.com/journal/item/3
Hanafi, Abdillah, Memahami Komunikasi Antar Manusia, Surabaya: Usaha Nasional, 1984.
Rakhmat, Jalaluddin, psikologi komunikasi, Cetakan ke-26, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
Uchana Effendy, Onong , Dinamika Komunikasi, Cetakan ke-3, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993.
Uchana Effendy, Onong, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, Cetakan ke- 3, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003.
Widjaja, A.W., Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyrakat, Edisi I, Cetakan ke-2, Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Istilah “perpustakaan” atau dalam bahasa Inggris library berasal dari kata latin librarius, yang secara harfiah berarti “kumpulan buku”. Lihat Prof. Drs. Onong Uchana Effendy, M.A., Dinamika Komunikasi, cet. 3, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), 199.
Prof. Drs. Onong Uchana Effendy, M.A., Dinamika Komunikasi, cet. 3, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), 199.
Istilah “komunikasi” diambil dari perkataan Inggris communication yang bersumber dari bahasa latin communicatio yang artinya pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu). Kata sifat dari communis yang artinya bersifat umum dan terbuka. Bersama-sama (common, commoness). Kata kerjanya communicare yang artinya bermusyawarah, berunding atau berdialog. Untuk lebih jelasnya, lihat Drs. Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Cet. 2, (Bandung: CV Armico Bandung, 1982), 14. Lihat juga dalam Prof. Drs. Onong Uchana Effendy, M.A., Dinamika Komunikasi, Cet. 3, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), 3-4.
Drs. A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyrakat, Ed. 1, Cet. 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 8.
Ibid, 6.
Ibid, 25.
Ibid, 25-26.
http://awandaerna.multiply.com/journal/item/3
Drs. Abdillah Hanafi, Memahami Komunikasi Antar Manusia, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), 284.
Prof. Drs. Onong Uchana Effendy, M.A., Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, Cet. 3, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), 55. Lihat juga dalam buku Drs. A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyrakat, Ed. 1, Cet. 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 10-11.
Drs. A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyrakat, Ed. 1, Cet. 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 60.
Drs. Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Cet. 2, (Bandung: CV Armico Bandung, 1982), 72.
“Media atau medium” berasal dari bahasa Latin yang berarti saluran atau alat menyalurkan. Dalam pengertian jamak memakai istilah media, sedang dalam pengertian tunggal memakai istilah medium. Selengkapnya lihat dalam buku Drs. Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Cet. 2, (Bandung: CV Armico Bandung, 1982), 23.
Ibid, 78.
Prof. Drs. Onong Uchana Effendy, M.A., Dinamika Komunikasi, Cet. 3, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), 25.
Drs. A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyrakat, Ed. 1, Cet. 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 56.
http://awandaerna.multiply.com/journal/item/3
0 Responses