Pengaruh Perkembangan Jumlah Peduduk Terhadapkerusakan Ekosistem

BAB I
A. Pengaruh Perkembangan Jumlah Penduduk Terhadap Kerusakan Ekosistem.
Dalam setiap Negara penduduk awalnya dari tahun ke tahun terus semakin meningkat hal ini di akibatkan karena tingkat kelahiran yang terus kian bertambah sedangkan kematian sedikit. Tetapi dalam hal ini manusia juga tak bias hidup sendiri / secara individu, karena manusia selalu berkeiginan untuk tinggal bersama individu – individu lainnya. Keinginan hidup bersama ini terutama berhubungan dalam aktivitas hidup pada lingkungannya. Dan pengaruh perkembangan jumlah penduduk itu sendiri berdampak pada ekosistem yang ada di linkungan itu tersebut. Dan hal itu juga di pengaruhi oleh aktivitas manusia yang semakin meningkat karena perkembangan teknologi.
B. Dampak Lonjakan Penduduk Indonesia Terhadap Keaneka Ragaman Hayati.
Sudah dapat kita lihat dari tahun 2001 laporan bank dunia menyebutkan luas hutan mangrok di Indonesia mengalami penurunan yang sangat siknifikan dari 4,25 juta hektar pada tahun 1982 menjadi 3,24 juta hektar pada tahun 1987 dan menjadi hanya 2,06 juta pada tahun 1965.
Disektor kehutanan telah terjadi deforensasi yang meningkat dalam decade ini. Bank dunia 2003 dan departemen kehutanan melaporkan tinkat deforentasi di Indonesia telah mencapai lebih dari 2 juta hektar pertahun. Apabila tingkat kehilangan hutan ini tetap 2 juta hektar per tahun maka 48 tahun kedepan seluruh wilayah Indonesia akan menjadi gurun pasir, yang gundul dan panas , sehingga ekosistem di dunia punah. Dan lautan Indonesia juga mengalami kerusakan terembukarang dalam keadaan rusak parah 25% lumayan baik dan dan hanya 5% dalam keadaan alami, dan di Indonesia juga terjadi percemaran lingkungan di kawasan yang sibuk dengan kegiatan pelayaran atau perairan. Yang bersingugan dengan kota kota besar serperti perairan teluk Jakarta dan Surabaya. Serta lingkungan hidup UGM untuk mamalia terdapat sekitar 1,12 jenis yang teramcam punah di Indonesia. Sementara untuk jenis burung yang terdapat sekitar140 jenis yang mengalami ancaman serius.dan jumlah pertumbuhan penduduk bila tidak dikendalikan akan naik menurut deret ukur (1,2,4,8,dst), produksi pangan meningkat hanya menurut deret hitung.
Di Indonesia yang lelakan penduduk sesaat ini mengakibatkan dampak sosial itu serpeti :
1. Mengalami krisis pangan bakan di duniapun krisis pangan global
Ujung dari semua lonjakan penduduk itu adalah kerusakan lingkungan yang berdampak pada ekosistem, menurunnya kualitas pemukiman dan lahan yang di telantarkan. Hal ini adalah persoalan yang sangat rumit karena manusia bergantung pada lingkungan hidup hanya kesadaran manusia sendiri yang dapat memperbaiki lingkungan sehingga ekosistem yang ada didalamnya tidak punah.

BAB II
A. Perubahan Lingkungan Alami dan Buatan Manusia
Dalam beberapa puluh tahun terakhir ini ada tiga istilah yang masih saling berkaitan, yaitu “Lingkungan, Ekosistem dan Kualitas Hidup”, banyak digunakan untuk melukiskan isu-isu patriotisme yang dapat mengugugah emosi. Istilah-istilah ini didefinisikan, barang kali karena makna-makna “kamusial” seperti itu tidak cukup mencerminkan gema simboliknya secara memadai. Kita tidak akan berhenti dengan tradisi seperti ini, tetapi para pembaca buku ini akan diarahkan oleh konteks dimana istilah-istilah tersebut digunakan, misalnya saja akan dibuat referensi-referensi bagi lingkungan fisik, biologi dan sosial ekonomi. Pada pokoknya kita akan memusatkan perhatian pada lingkungan bio-geofisik, dan pengaruh-pengaruh kegiatan manusia terhadapnya.
Dalam kondisi tidak ada manusia sekalipun, lingkungan alami pasti mengalami perubahan-perubahan secara kontinyu. Hal ini mungkin saja berlangsung dalam jangka waktu ratusan juta tahun, seperti misalnya terangkatnya continental dan pembentukan gunung api, atau dalam jangka waktu puluhan ribu tahun seperti jaman es dan perubahan permukaan air laut yang menyertainya ; atau dalam jangka waktu ratusan tahun seperti halnya eutrofikasi alami dan siltasi danau – danau dangkal ; atau bahkan dalam jangka waktu beberapa tahun, seperti kalau koloni binatang “beaver” mengubah lahan kering menjadi rawa – rawa. Sebagian – dari sebagian dari perubahan – perubahan alami tersebut bersifat tidak dapat balik (irreversible) serpeti eutrofikasi danau, sedangkan yang lainnya besifat siklis serperti siklus klimatik tahunan, atau transien seperti kekeringan.
Bersamaan dengan perubahan – perubahan lingkungan secara alami di sebut juga terjadi perubahan – perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Bahkan pada tingkat budaya masyarakat berburu dan mengumpul hasil hutan, pengunaan api telah di memodifikasi beberapa lingkungan alami. Kemudian dengan domestikasi hewan dan intruduksi pertanian, efek – efek dari kegiatan – kegiatan ini menjadi lebih luas, terutama kalau semakin banyak manusia yang terlibat. Laju perubahan tersebut menigkat dengan berkembangnya industri kerena tenaga otot digantikan dengan energi yang berasa dari bahan baker fosil hingga beberapa decade terakhir ini. Dampak manusia telah mencapai intensitas yang tidak diharapkan dan mempengaruhi seluruh dunia, karena jumlah penduduk meningkat dengan pesat dan konsumsi setiap kapita yang lebih tinggi.
B. Kepadatan Penduduk Terhadap Lingkungan
• Perkembangan penduduk di Indonesia yang demikian cepatnya di sebabkan beberapa faktor yang menjadi masalah penduduk Indonesia antara lain :
- Jumlah penduduk yang besar
- Struktur kopentensi penduduk muda
- Persebaran penduduk yang tidak merata
- Latar belakang pendidikan yang rendah
- Dan derajat kesehatan yang rendah
• Bagi lingkungan khususnya ekosistem yang ada karena permasalahan kependudukan pendududk itu timbul di dalamnya.dampak – dampak komponem – komponem lain yang dapat mengakibatkan kualitas penduduk serperti pendidikan, lapangan kerja sebagai fasilitas kerja penduduk serpeti :
- Pencemaran Lingkungan
Contohnya : membuang limbah pabrik, asap – asap kendaraan yang mengakibatkan polusi udara.
Dan ampak lingkungan itu sendari karena adanya perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu kegiatan akibat tersebut terjadi karena adanya perubahan kumulatif yaitu menghilangkan identitas rona lingkungan awal secara nayata, dan juga dapat di pengaruhi oleh kegiatan lain di sekitarnya.hal yang mengakibatkan kerusakan ekositem baik itu didarat maupun dilaut secara beransul – asul. Serperti penebanga hutan yang terus menerus( illegal loging ) tampa penghijauan kembali, dan degrasi untk pemumkiman.
C. Sistem Pembaikan Ekosistem
Upaya pemerintah baik pusat maupaun daerah dalam melaksanakan perbaikan ekosistem kurun beberapa tahun belakangan ini, melalui pegerakan penghijauan kembali dengan penanaman sejuta pohon, tersimpul bahwa hal ini dapt memberi manfaat besar bagi masyarakat.
Dan apabila kerusakan ekosistem yang sangat memperhatinkan itu, tidak serius ditangani oleh seluruh pihak maka selain mengakibatkan bencana juga akan merimbas terhadap penurunan kualitas hidup masyarakat yang pada akhirnya akan memicu kemiskinan dimasa mendatang.
D. Akibat Bertambahnya Penduduk Dan Aktifitasnya
Di Indonesia, jumlah penduduk semakin bertambah dari tahun ketahun ,hal ini akan menpengaruhi penyediaan sejumlah kebutuhan atas pangan, sandang dan pangan sementara di ruang muka bumi tempat manusia mencari nafkah tidak bertambah luas, sehinga manusia memperluas lapangan usaha dan permukiman, peluasan lapangan inilah nilah yang pada gilirannya menyebabkan eksploitasi lingkungan secara belebihan atau secara liar.
Karena jumlah penduduk yang semakin banyak butuh tempat tinggal dan lapangan usaha maka denga tidak disadari hutan – hutan yang menjadi paru – paru dunia akan menjadi rusak karena perluasan lahan.
Bukan hanya itu kerusakan – kerusakan hutan dan lingkungan juga berlangsung terus – menerus kerena akibat dari pegundulan hutan (deforestasi) yang terus – menerus tanpa penghijauan kembali hal ini sangat memprihatinkan karena hutan adalah sumber utama kehidupan. Apa yang terjadi ketika hutan gundul ? yang terjadi adalah erosi, banjir dan tanah longsor, yang akan berdampak pada flora dan fauna yang ada di dalamnya, tidak hanya itu di sisi lain, sungai dan ekosistem yang ada di dalamnya pun tergangu karena lumpur,tanah, berbatuan yang di timbulkan oleh banjir karena lingkungan tidak seimbang inilah yang mengakibatkan ekosistem ikut terancam, contoh manusia masuk menjadi satu komponem ekosistem,cendrung akan merusak keseimbangan ekosistem,karena manusia cendrung serakah ( mengambil melampui kebutuhan) keteka manusia membuka hutan, gajah, kelinci dll, akan terancam karena rumput, daun – daun sebagai makan mereka hilang, karena hilangnya gajah dll, maka akan merangsang harimau dan singa keluar mencari makan.yang terjadi mereka akan memakan apa saja yang ada di luar termasuk manusia, seperti yang sering terjadi di Sumatra karena binatang luar tidak mengangan bila tidak di gangu. Inilah akibat tidak seimbangnya ekosistem.
Akibat banyaknya penduduk juga mengakibatkan pencemaran udara semakin meningkat tajam terlebih di kota – kota besar, metro politan dan di kawasan industri. Gas buanga ( CO2) dari kendaraan yang lalu - lalang semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah kendaraan iyu sendiri.
Pencemaran udara menjadi pioritas utama juga saat ini, apalagi di kota – kota besar yang sagat padat penduduknya, pencemaran baik udara,air dan tanah. Pencemaran udara diakibatkan oleh asap – asapkendaraan, pencemaran air diakibatkan karena pembuanagan – pembuangan sampah secara liar apalagi di jarkarta tempat pembuangan sampah sudah sangat padat dan tidak bisa di tampung lagi. Dan juga banyak ogokan sampah bukan pada tempatnya apalagi para pelaku industri,meraka tidak mengolah sampah industri dengan baik.
Pemanfaatan alat – alat teknologi dan industri juga memberi dampak yang tidak baik bagi ekosistem, karena limbah industri bahan – bahan kimia, serperti inteksitida dan selaginya berdampak buruk bagi ekosistem yang terkena limbah tersebut sehinga akan berdampak buruk bagi lingkungan terutama ekosistem yang ada di dalamnya.

E. Selamatkan Bumi Dan Lingkungan Kita
Mungkin kalimat diatas tadi yang akan di ucapkan oleh bumi seandainya dia bisa bicara. Ini disebabkan oleh lingkungan yang semakin rusak. Kerusakan tidak hanya terjadi didarat saja tapi di laut dan di udara. Kerusakan ini diakibatkan karena semakin banyak penduduk dan banyak pemanfaatan SDA. Kerusakan lingkungan semakin hari semakin bertambah komplek hingga kita pun merasakan bumi semakin panas. Ini sebabnya berkurangnya ruang yang di tumbuhi oleh pepohonan. Kerusakan di sebabkan oleh penebangan, perkebunan dan aktifitas penduduk. Kerusakan alam di provinsi kepulauan bangka belitung lebih banya di sebabkan oleh kegiatan penambangan. Kegiatan pernambanga berdampak pada perubahan/ rusaknya ekosistem. Ekosistem yang rusak diartikan sebgai ekosistem yang tidak dapat lagi menjalankan fungsi secara optimal, serperti perlindungan tanah,tata air, pengaturan cuaca, dan fungsi- fungsi lainnya dalam mengatur perlindungan alam lingkungan.
Kegiatan penambangan timah di bangka belitung menyebabkan menibulnya lobang – lobang besar. Lobang – lobang ini dengan mudah di temukan di setiap sudut daerah ini. Kerusakan alam yang terjadi di kepulauan bangka belitung sangat parah. Kerusakan ini tidak hanya terjadi di darat tetapi juga di laut. Aktifitas penambangan di darat menyababkan hilangnya vegetasi tumbuhan yang bisa menyerap air. Sedangkan penambangan dilaut menyebabkan rusaknya terumbu karang serta kekeruhan meningkat. Meningkatnya kekeruhan akan menghalagi sinar matahari masuk kedalam laut sehingga proses foto sintensis terganggu, hingga pada akhirnya juga terganggu keseimbangan ekosistem dilaut.
Ganguan ekosistem akibat penambangan ini di kata gorikan dalam ganguaan yang menpuyai itensitas bera. Hal di karenakan strutur hutan rusak berat/hancur yang menyebabkan produkfitas tanahnya menurun . dampak lain yang timbul akibat penambangan timah adalah lahan yang tergredagrasi.
Degrarasi pada lahan bekas tambang meliputi perubahan fisik dan kimia tanah, penurunan dratis jumlah spesies baik flora, fauna serta micro organisme tanah. Dengan kata lain, lahan yang tergeradasi memiliki tinggkat keseburanyang rendah dan struktur tanah yang kurang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Untuk memperbaiki kondisi lahan yang rusak akibat kegiatan pambangan dapat dilakukan berbagai cara. Salah satu caranya dengan reklamasi. Reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki lahan pasca penambangan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan revegetasi. Revegetasi sendiri bertujuan untuk memulihka kondisi fisik, kimia dan biologi tanah tersebut.namun perbaikan dengan cara ini masih dirasakan kurang efektif, hal ini tanaman secara umum kurang bisa beradaptasis dengan lingkungan ekstrim, termasuk bekas lahan tambang. Oleh karma itu aplikasi lain untuk menperbaiki lahan bekas tambang perlu di lakukan, salah satunya dengan mikro organisme.
Perbaikan kondisi tanah meliputi perbaikan ruang tubuh, pemberian tanah pucuk dan bahan organic serta pemupukan dasar dan pemberian kapur,kendala yang di jumpai dalam merestorasi lahan bekas tangbang yaitu masalah fisik, kimia (nutrients dan toxicity), dan biologi. Masalah fisik tanah mencakup tekstur dan struktur tanah. Masalah kimia tanah berhubungan dengan reaksi tanah (pH), kekurangan unsul hara,dan minera toxicity. Untuk mengatasi ph yang rendah dapat dilakukan dengan cara menambahkan kapur. Sedangkan kendala biologi serperti tidak adanya vegetasi dan tidak adanya mikroorganisme potensial dapat diatasi dengan perbaikan kondisi tanah, pemilihan jenis pohon, dan pemanfaatan mikroriza.
Oleh karma itu di perlukan pemilhan spesies yang cocok dengan kondisi setempat, terutama untuk jenis –jenis yang cepat tumbuh, misalnya sengon, yang telah terbukti adaptif untuk tambang. Dengan dilakukanya penanaman sengon minimal dapat mengubah iklim mikro pada lahan bekas tambang tersebut. Untuk menunjang keberhasilan dalam merestorasi lahan bekas tambang, maka di lakukan langkah – langka serperti perbaikan lahan pra tanaman, pemilihan speseis yamg cocok, dan pengunaan pupuk.
Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada lahan bekas tambang, dapat di tentukan dari persentasi daya tumbunya, presentasi penutupan tajuknya, pertumbuhanya, perkembangan akarnya, penambahan spesei pada lahan tersebut, peningkatan humus, penguranga erosi, dan fungsi sebagai filter alam. Dengan cara tersebut, maka dapat diketahui sejauh mana tinggkat kerberhasilan yang di capai dalam merestorasi lahan bekas tambang.
Jika bumi masih di biarkan serperti saat ini maka tidak mungkin bencana akan melanda negri ini dan bangka beliyung khususnya. Dengan semakain langkanya tumbuhan maka cadangan air juga berkurang. Oleh karma itu marilah kita bersama – sama menjaga bumi ini agar kehidupan tetap berlangsung denagn baik.serta melaksanakan pepatah “muda menanam, tua menuai” untuk membuat bumi tersenyum pada kita. Sehinga kita tidak kepanasan lagi, tidak lagi dilanda kekeringan yang berkepanjangan serta generasi mendatang tetap bias merasakan keindahan dan kekayaan alam Indonesia ini. Kesadaran pribadi turut mendukung keberhasilan program yang telah di rencanakan pemerintah untuk menjadikan Indonesia untuk hijau kembali.


BAB III
KESIMPULAN
Makalah ini berisikan tentang pembahasan lingkungan manusia terhada penambahan penduduk terhadap kerusakan ekosistem. Apabila jumlah penduduk menigkat dari tahun ketahun maka akan berdampak pada ekosistem – ekosistem yang ada dalam lingkungan, serpeti penambangan hutan, pencemaran air udara, hilangnya keanakaragaman hayati dll. Hal ini disebabkan oleh aktifitas manusia yang semakin meningkat dan pemanfaatan teknologi – teknologi moderen, semakin banyak dan maju lebih pada sektor -sektor industri, disatu sisi industri sangat menguntungkan dapat mempermudah perkerjaan, tetapi disisi lain dapat berakibat fatal bagi ekosistem yang ada. Pencegahanya sangat sulit dilakukan kecuali dengan kesadaran sendiri dimulai dari hal terkecil danag menanam satu pohon di setiap rumah dengan mengurangi pemakaian bahan kimia.

DAFTAR PUSTAKA
 Kewang Haruku, 2009, kerusakan ekosistem.
 Irsyad Bagas 2008, pengaruh kepadatan manusia terhadap lingkungan; Jakarta
 Berita Rakyat 2009; Jakarta
 Bapennas R.I

Peran wanita dalam membangun masyarakat religius (Sebuah upaya perlindungan bangsa terhadap pengaruh negatif dari era globalisasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Masalah wanita selalu menjadi sebuah masalah yang begitu pelik dan komplek, mulai dari mengenai sejarahnya, keberadaannya, kedudukanya, sampai pada ketidakadilan yang selalu dialaminya. Semua ini bagai lilitan seutas benang merah yang tak pernah berhenti melilitnya sepanjang zaman. Sebetulnya, siapakah wanita? Bukankah Tuhan menciptakan wanita untuk menjadikannya pasangan bagi laki – laki agar keduanya dapat membangun kehidupan secara bersama – sama dan agar mereka berdua menjadi sempurna melalui perkembangan kehidupan? Tetapi mengapa disepanjang sejarah wanita selalu diperlakukan tidak adil?
Keterhinaan, ketertindasan dan ketersiksaan merupakan fenomena yang sering kita lihat dalam sejarah hidup wanita, terlebih sebelum munculnya agama Islam. mungkin saja fenomena semacam itu masih bisa didapati setelah munculnya Islam, meskipun tidak separah sebelum kemunculannya. Hal ini terlihat secara eksplisit dari keberadaan wanita yang ada dalam tradisi – tradisi non-Islam.
Dalam kehidupan masyarakat primitif yang berasaskan kesukuan, dimana tatanan kehidupan hanya berlandaskan adat serta kebiasaan, perempuan tidak dianggap sebagai manusia, apalagi anggota masyarakat. Bagi mereka, ia diperlakukan sebagai hewan piaraan yang berfungsi sekedar untuk memenuhi desakan biologis lelaki. Lebih dari itu, ketika pada musim sulit seperti musim kemarau, daging perempuan malah dijadikan santapan.
Dalam pandangan peradaban Yunani, dimana masa itu merupakan puncak keemasan dan pusat kemajuan bagi peradaban barat. Di mata mereka, perempuan adalah mahluk yang sangat hina, tugasnya hanyalah kerja di rumah dan hanya untuk memenuhi nafsu birahi dan sebagai penjelmaan setan. Andaikan ia melahirkan anak yang cacat, maka ia akan dibunuh. Dan, seorang suami dapat meminjamkan dan memberikan istrinya kepada seseorang yang ia kehendaki. Begitu pula pernikahan dan perceraian biasa dilakukan oleh seorang wali wanita tanpa sepengetahuannya. Serta pada saat era puncak kemajuan peradaban yunanipun yang pada masa itu merupakan masa keemasan dan kemajuan bagi masyarakat Barat, keberadaan wanita tidak dihormati dan tidak mempunyai hak untuk belajar kecuali wanita bangsawan saja.
Nasib perempuan di Romawi Kuno tak jauh beda dengan yang lainnya. Dalam pandangan mereka, perempuan tidak mempunyai ruh manusiawi, oleh karena itu pada hari kiamat kelak para perempuan tidak akan dibangkitkan, karena yang akan dibangkitkan pada hari itu ialah yang memiliki ruh manusiawi saja. mereka menganggap perempuan tidak lebi dari sebagai barang. Selain itu mereka memandang perempuan sebagai penjelmaam setan dan berbagai macam arwah pengganggu dengan tipu dayanya selalu berusaha untuk menutup akal dan hati. oleh karena itu mereka melarang perempuan dari tertawa dan berbicara.
Di masa jahiliyah pembunuhan bayi perempuan (wa’d) sebagai sebuah praktek yang umum pada masa itu. Mereka merasa terhina disaat mempunyai anak perempuan, karena perempuan merupakan sumber kehinaan dan kelemahan bagi kaumnya. Kalau disampaikan kepada mereka perihal kelahiran anak perempuannya, maka memerahlah muka mereka karena marah, seperti yang digambarkan dalam ayat: “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah”. (QS.Al-Nahl:58)
Memang ketika Islam datang, nasib wanita di Arab tidak jauh berbeda dengan nasib rekan – rekan mereka ditempat lain. Memiliki anak wanita dianggab aib, sehingga mereka banyak melakukan pembunuhan atas anak – anak wanita. Al-Quran merekam perilaku jahiliyah ini dalam peringatan abadi, “Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dibunuh”. (QS.Al-Takwir:8-9). Kemudian Islam mengakhiri praktek – praktek ini dan sekaligus melakukan usaha emansipasi yang pertama dalam sejarah. Hal inipun diakui oleh sejarahwan barat Will Durant, ia menulis tentang jasa Muhammad dalam meningkatkan dan memperbaiki hak – hak wanita.
Islam mengajarkan bagaimana memandang dan memperlakukan wanita. Islam mengangkat harkat dan martabat wanita. Sesuai dengan fitrahnya Islampun menetapkan peranan – peranan tertentu bagi statusnya, yaitu wanita sebagai seorang ibu, dan wanita sebagai seorang istri. Islam menuntut peran keibuannya dengan sebaik – baiknya, mendidik dan memelihara anaknya dengan penuh kasih sayang sehingga terbentuklah anak – anak yang solehah. Serta wanita sebagai seorang istri yang sangat diharapkan untuk membangun lembaga keluarganya dengan menumbuhkan ketentraman, kebahagian dan cinta kasih didalamnya. Kemudian Rasulullah mempraktekkannya, sehingga terwujud keutuhan dan keselarasan di antara keduanya.
Namun dewasa ini Indonesia selain sedang mengalami krisis ekonomi, tanah air kita pun sedang dilanda krisis moral, mental, dan spiritual. Ironisnya, kebanyakan obyek dan sekaligus penyebab krisis tadi adalah para wanita, mulai kasus pornografi, komersialisasi seks, pamer tubuh (iklan), tarian erotis, dan banyak hal lagi yang sasaran utama dan umpannya adalah wanita. Dengan akhlak yang ia miliki serta pemahaman akan peranannya yang baik, wanita dapat menjadi sumber daya yang potensial untuk memperbaiki sebuah masyarakat. Akan tetapi iapun dapat menjadi sarana jitu untuk merusak dan menghancurkan sebuah masyarakat, jika ia tidak berakhlak baik dan kurang memahami peranannya. Dalam Al-Quran menjelaskan tentang tipu daya wanita pada surat Yusuf ayat 28 yang berbunyi: “Sesungguhnya tipu daya mereka adalah sangat besar…”. Jika wanita menjadikan dirinya sebagai penggoda lelaki untuk melakukan perbuatan buruk, maka tipu dayanya lebih besar dari tipu daya syetan. Namun jika wanita menjadikan dirinya sebagai sebuah sumber daya guna membangun masyarakat maka ia dapat memajukan bangsanya.
Mencermati paparan potensi dari seorang wanita dalam membangun masyarakat yang ia awali dari peranannya dalam keluarga, maka penulis mencoba menuangkan gagasan sederhana dalam makalah yang berjudul “Peran wanita dalam membangun masyarakat religius (Sebuah upaya perlindungan bangsa terhadap pengaruh negatif dari era globalisasi )”

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan sebelumnya, penulis merumuskan beberapa permasalahan untuk dikaji lebih rinci. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi:
1. Bagaimana peran wanita dalam mewujudkan masyarakat yang religius?
2. Bagaimana urgensi dari sebuah masyarakat yang religius dalam melindungi bangsa terhadap pengaruh negatif dari era globalisasi?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Wanita dalam Mewujudkan Masyarakat yang Religius
Eksistensi seorang wanita merupakan segmen yang urgen dari sebuah masyarakat sebab wanita adalah bagian sebuah masyarakat, bangsa dan komunitas manusia. Kita tidak akan dapat menutup mata dari peran penting yang dimainkan oleh wanita. wanita mempunyai peran yang sangat urgen dan fundamental dalam memcoraki karakter pribadi-pribadi suatu masyarakat dan bangsa. Mau dibawa kemana masyarakat tersebut, menjadi masyarakat agamis ataukah ateis? Menjadi masyarakat yang korup ataukah yang berjiwa sehat dan bersih? Menjadi bangsa yang pengecut ataukah kesatria? Dalam sebuah mutiara hikmah, seorang bijak berkata: “Wanita adalah pendidik manusia, kebaikan suatu bangsa berporos pada kebaikan wanita, dan kebejatan suatu bangsa berporos pada kebejatan wanita”.
Mengingat begitu fundamentalnya peranan wanita dalam membentuk karakter pribadi sebuah bangsa, ia pun sanggup menjadikan bangsa tersebut unggul atau hancur. Kenapa demikian? Karena sebuah bangsa atau masyarakat adalah komunitas yang terbentuk dari pribadi-pribadi, sedangkan yang membentuk karakter pribadi adalah keluarga. Lantas siapa yang lebih banyak berperan dalam sebuah keluarga? Tentu wanita, yaitu tatkala ia berperan sebagai seorang ibu. Ini merupakan peranannya secara tidak langsung secara dalam mewujudkan sebuah bangsa yang maju. Sedangkan peran langsung yang dapat dimainkan oleh perempuan adalah peran sebagai anggota masyarakat. Yakni seperti wanita yang berperan dengan menunjukkan kredibilitasnya dalam ranah sosial, politik, ekonomi, sains, dan lain-lain.
Sesuai dengan fitrahnya Islampun menetapkan peranan – peranan tertentu bagi statusnya, yaitu wanita sebagai seorang ibu, dan wanita sebagai seorang istri. Islam mewajibkan seorang wanita agar melaksanakan fungsi keibuannya dengan sebaik – baiknya. Karena jika ia tidak dapat memainkan peran itu dengan baik, justru akan berakibat fatal terhadap kebahagiaan dan kesengsaraan masa depan anaknya. Dalam berbagai hadits ditekankan bahwa memelihara anak adalah amal saleh yang besar. Itulah sebabnya, walaupun Islam mengizinkan bergerak di masyarakat sesuai dengan keperluannya, namun Islam memandang bahwa kehadirannya dirumah merupakan hal yang paling penting dari segalanya. (Imadudin Abdulrahim, 1986:132)
Menjadi seorang ibu merupakan peran secara tidak langsung dalam membangun sebuah masyarakat yang sehat jasmani maupun ruhani, maju dan unggul. Sebab, begitu beratnya tugas menjadi seorang ibu. Tuhan memberikan keistimewaan kepada ibu sebagai balasan atas tugas berat di pundaknya, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasul saww.: “Syurga di bawah telapak kaki ibu”. Kalau kita coba teliti lagi redaksi hadis di atas, mungkin beliau ingin mengatakan juga bahwa di telapak kaki ibulah terbentuk kepribadian surgawi (baik) atau jahanami (buruk). Maksudnya, seorang ibu mampu melahirkan pribadi-pribadi yang baik dan masyarakat yang sehat dan saleh.
kaum wanita harus berperan aktif mendidik anak-anaknya dengan prinsip-prinsip takwa, dan melatih mereka dengan cara hidup demikian. Seperti cara hidup bersih, baik lahir maupun batin, mengajari kejujuran, tidak sombong, tidak menipu, merampas hak orang lain, dan memupuknya dengan akhlak mulia. Singkatnya, mendidik mereka dalam rangka menjauhi larangan Allah dan menjalankan perintah-Nya. Bukan hanya sekedar mendidik anak dalam bentuk pendidikan formal saja dan melalaikan sisi ruhani dan spritualnya. Bukan hanya memenuhi kebutuhan kesehatan jasmaninya saja tanpa memperhatikan kebutuhan kesehatan ruhaninya. Inilah langkah awal untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan saleh.
Peran wanita sebagai seorang istri telah ditetapkan oleh Allah dalam Al-Quran “Dan diantara tanda – tanda kekuasaannya ialah Dia menciptakan untukmu istri – istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan jadikannya diantaramu rasa kasih dan saying…..” (QS 30:21). Ayat Al Quran ini menunjukan bahwa fungsi pernikahan merupakan tempat menumbuhkan kebahagiaan, ketentraman dan cinta kasih. Peran istri sangat penting dalam membina dan memperteguh lembaga keluarganya. Tentunya yang dimaksudkan adalah seorang istri yang bertakwa pada Allah dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Yakni Seorang istri dapat menjadi motivator bagi suami untuk melakukan suatu kebaikan dan meninggalkan keburukan serta seorang istri yang menjaga kehormatan dirinya dan suaminya. Bukan seorang istri yang selalu menuntut yang akhirnya malah menjerumuskan suaminya dilembah dosa. Sebagai contohnya mereka para istri yang menuntut keinginannya akan materi yang serba berlebihan, tidak peduli akan kemampuan suami sehingga pada akhirnya si suami malah melakukan korupsi untuk memenuhi ambisi istrinya.
Maka dari itu dirumuskan bahwa istri yang baik adalah istri yang menjadi teman suaminya dalam meningkatkan moralitas, spiritualitas, dan religiulitas. Serta seorang ibu yang baik yaitu ibu yang dapat membentuk jiwa anak – anaknya menjadi pribadi –pribadi yang baik yang pada akhirnya memunculkan generasi bangsa yang berakhlak dan berprestasi.
Karena sebuah bangsa atau masyarakat adalah komunitas yang terbentuk dari pribadi-pribadi, sedangkan yang membentuk karakter pribadi adalah keluarga. Maka mustahil ada sebuah masyarakat kalau di sana tak ada keluarga dan keluarga memerlukan sosok wanita yang berakhlak mulia serta memahami peranannya untuk membentuk masyarakat yang diharapkan yakni sebuah masyarakat yang religius. Yaitu masyarakat yang menjunjung norma-norma agama, berpegang teguh kepada ajaran agama dan dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-sehari dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat.

B. Urgensi dari Sebuah Masyarakat Religius dalam Melindungi Bangsa Terhadap Pengaruh Negatif dari Era Globalisasi

Fenomena globalisasi merupakan indikasi kuat perubahan lingkungan strategis dimana masyarakat dunia menjadi saling terhubung satu sama lainnya dalam berbagai aspek kehidupan mereka baik dalam hal ekonomi, polotik, teknologi, lingkungan maupun budaya. Hal ini sudah tak terhindarkan lagi. Siap tidak siap kita harus menghadapinya. Kekhawatiran datang tidak hanya dari sisi perekonomian saja namun juga pada pengaruh budaya asing yang muncul sebagai akibat dari era globalisasi. Jika manusia tidak membekali dirinya dengan keimanan yang kuat, dia akan terjerumus ke dalam jurang krisis moral dan spiritual.
Mencermati adanya pengaruh – pengaruh negatif yang muncul sebagai akibat dari datangnya budaya – budaya asing tersebut maka perlu adanya sebuah perlindungan yang dapat menyelamatkan identitas bangsa kita. Karena pada saat inipun sudah semakin gencar impor kultur asing yang datang, yang mayoritas tidak sesuai dengan kultur bangsa dan agama. Hal ini dibuktikan dengan kultur asing yang sedikit demi sedikit telah berhasil menggeser nilai-nilai moralitas bangsa, terutama kaum muda. Melalui tiga “F” yaitu fashion, food, dan fun, para penjajah modern telah sukses dalam menciptakan krisis identitas bangsa Indonesia.
Dewasa ini sering kita saksikan banyak sekali kaum muda yang diperbudak oleh trend atau mode yang banyak dipengaruhi oleh unsur asing yang tidak berkesesuaian dengan esensi manusia sebagai pondasi dasar. Ironisnya mereka ngikuti trend – trend tersebut semata – mata hanya ingin dikatakan modern, dan bagi mereka yang tidak terpengaruh oleh trend asing tersebut sering kali dikucilkan serta dikatakan kuno.
Agama tidak pernah melarang manusia untuk mengikuti mode. Karena mode dan seni adalah salah satu pengejawantaan dari budaya. Sedang budaya adalah bagian primer dari kehidupan manusia, dimana tanpa budaya manusia tidak akan dapat menuju kesempurnaan yang diidamkan oleh hati sanubari setiap manusia berakal sehat. Akan tetapi, Islam adalah agama yang hendak membebaskan manusia dari berbagai bentuk perbudakan dan keterkekangan dari segala macam belenggu, termasuk diperbudak dan dikekang oleh mode.
para pemuda adalah tumpuan harapan bangsa. Jika mereka terus menerus diperbudak oleh mode ataupun trend yang datang dari kultur asing yang negatif maka bagamanakah nasib bangsa ini nantinya? Bangsa ini membutuhkan para generasi muda yang berkualitas, tangguh dan berakhlak mulia dengan harapan mereka mampu membawa identitas bangsa Indonesia di masa globalisasi nanti. Serta mereka yang nantinya akan meneruskan tongkat estafet perjuangan bangsa ini menuju kejayaan. Dengan demikian perlindungan serta pembentukan akhlakkul kharimah pada generasi muda mutlak adanya.
Guna menciptakan generasi yang mempunyai pribadi – pribadi berakhlak dan bertanggungjawab maka harus diciptakan pula lingkungan yang beriman atau agamis. Dalam hal ini yang dimaksud dengan lingkungan adalah baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat sekitar. Sebab pada lingkunganlah mereka berproses dan belajar memcari jati diri mereka. Bagaimana mungkin seorang pemimpin yang jujur dibesarkan di lingkungan pencuri atau penipu. Begitu pula sebaliknya.
Oleh sebab itu kita dapat mencermati adanya hubungan kausalitas antara pembentukan generasi muda dengan lingkungan yang mempengaruhinya. Sehingga apabila terdapat lingkungan yang baik, akan terdapat pula generasi yang baik dan lingkungan yang religiuslah yang menjadi pilihan tepat untuk mencoraki pribadi – pribadi muda yang berakhlak. Sebab dalam masyarakat religiuslah para generasi muda belajar akan akhak luhur, budi pekerti, etika dan hal positif lainnya. Hal tersebut yang akan menjadi bekal bagi generasi muda untuk melindungi diri dari pengaruh negatif kultur asing yang datang sebagai implikasi dari era globalisasi.
Masyarakat religius tercipta dari pribadi – pribadi yang religius, sedangkan yang membentuk karakter pribadi adalah keluarga. Lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa keluarga sangat berperan penting dalam membentuk pribadi – pribadi yang religius dalam masyarakat. Yaitu pribadi yang akan selalu menjunjung norma-norma agama, berpegang teguh kepada ajaran agama dan dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-sehari dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat.
Memahami akan urgennya masyarakat religius dalam pembentukan pribadi – pribadi generasi beriman, maka diperlukan peran aktif dari semua pihak baik itu keluarga, masyarakat, dan juga pemerinatah. Serta tak lupa ucapan terimakasih perlu kita berikan kepada mereka para wanita yang telah memberikan banyak pengorbananya bagi terciptanya masyarakat yang religius ini.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Wanita yang berakhlak mulia serta memahami peranannya sangat diperlukan untuk membentuk bangsa atau masyarakat yang diharapkan yakni sebuah masyarakat yang religius. Yaitu masyarakat yang menjunjung norma-norma agama, berpegang teguh kepada ajaran agama dan dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-sehari dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat.
2. Masyarakat religius sangat berperan penting dalam mencoraki pribadi – pribadi muda yang berakhlak. Sebab dalam masyarakat religiuslah para generasi muda belajar akan akhak luhur, budi pekerti, etika dan hal positif lainnya. Hal tersebut yang akan menjadi bekal bagi generasi muda untuk melindungi diri dari pengaruh negatif kultur asing yang datang sebagai implikasi dari era globalisasi.

B. SARAN
1. Memberikan kesempatan yang besar bagi wanita dalam hal pendidikan, sebab membangun masyarakat religius harus diawali dengan mendidik para ibu.
2. Mengingatkan kembali fungsionalitas agama bagi kehidupan dan kebahagian hakiki manusia.
3. Mengadakan training keluarga dan pendidikan anak, yang diadakan pada masa pra-nikah untuk generasi muda, sebagai bekal untuk kehidupan berkeluarga.
4. Pemerintah hendaknya membatasi acara-acara televisi dan media massa lain yang berpotensi merusak mental dan spiritual bangsa. Pemerintah harus mewajibkan pemilik media massa untuk melibatkan psikolog dan ruhaniwan dalam memproduksi sebuah program, terutama program untuk anak-anak dan remaja, agar program acara tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim Imadudin, 1986, Islam Alternatif Ceramah – Ceramah di Kampus; Jalaluddin Rahmat, Bandung, Mizan
Fadlullah Sayid Muhammad Husain, 2000, Dunia Wanita dalam Islam, Jakarta, Lentera
Razwy Sayid, 2002, Menapak Jalan Suci Sang Putri Mekah, Jakarta, Lentera
Jalaluddin Rahmat, 1991, Islam Aktual;Refleksi Sosial Cendekiawan Muslim, Bandung, Mizan
Rahman Yudi Nur, 1995, 14 Manusia Suci, Bandung, Pustaka Hidayah
Euis Daryati, Peran Perempuan dalam Membangun Masyarakat Religius (1); Sebuah Pengantar, http://www.islamfeminis.wordpress.com, Surakarta, 3 Juli 2007
, Peran Perempuan dalam Membangun Masyarakat Religius (2);Perempuan dan Pendidikan, http://www.islamfeminis.wordpress.com, Surakarta, 3 Juli 2007
, Peran Perempuan dalam Membangun Masyarakat Religius (3); Perempuan dan Religiusitas, http://www.islamfeminis.wordpress.com, Surakarta, 3 Juli 2007
, Peran Perempuan dalam Membangun Masyarakat Religius (3); Perempuan dan Syarat Keunggulan Masyarakat, http://www.islamfeminis.wordpress.com, Surakarta, 3 Juli 2007
, Wanita, Tradisi dan Konsep Keadilan Gender (1), http://www.islamfeminis.wordpress.com, Surakarta, 3 Juli 2007

Pengertian Psikologi

Pengertian “psyche”
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama (menurut Gerungan) karena :
• Ilmu jiwa adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa itu.
• Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah

Apakah itu Psikologi ?
'Psikologi' didefinisikan sebagai kajian saintifik tentang tingkahlaku dan proses mental organisme. Tiga idea penting dalam definisi ini ialah; 'saintifik', tingkahlaku' dan 'proses mental'. Saintifik bermakna kajian yang dilakukan dan data yang dikumpulkan mengikuti prosedur yang sistematik. Walau pun kaedah saintifik diikuti, ahli-ahli psikologi perlu membuat pelbagai inferen atau tafsiran berdasarkan temuan yang diperoleh. Ini dikarenakan subjek yang dikaji adalah hewan dan manusia dan tidak seperti sesuatu sel (seperti dalam kajian biologi) atau bahan kimia (seperti dalam kajian kimia) yang secara perbandingan lebih stabil. Manakala mengkaji tingkah laku hewan atau manusia memang sukar dan perlu kerap membuat inferen atau tafsiran

Perbedaan antara Jiwa dan Nyawa
Pengertian jiwa dengan nyawa adalah berbeda. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah (organic behavior) yiatu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses belajar, misal : insting, refelks, nafsu dan sebaginya
Sedang jiwa adalah : daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi hingga manusia. Perbuatan pribadi adalah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang dimungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah dan sosial.
Menurut Aristoteles, jiwa disebut sebagi anima yang terbagi dalam tiga macam jenis yaitu :
1. anima vegetativa, yaitu anima yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk makan, minum dan berkembang biak
2. anima sensitiva, yaitu anima yang terdapat dalam hewan. Anima ini memiliki kemampuan seperti anima vegetativa juga kemampuan untuk berpindah tempat, mempunyai nafsu, dapat mengamati, mengingat dan merasakan



3. anima intelektiva, anima yang terdapat dalam diri manusia. Selain memiliki kemampuan seperti anima sensitiva juga mempunyai kemampuan berpikir dan berkemauanan

Aliran dalam Psikologi
dan Pandangan Tentang Karakter Manusia

A. Psikoanalis
Aliran psikoanalis secara tegas memperhatikan struktur jiwa manusia, pendiri aliran ini adalah Sigmund Freud. Fokus aliran ini adalah totalitas kepribadian manusia bukan pada bagian-bagiannya yang terpisah.
Menurut aliran ini, perilaku manusia dianggap sebagai hasil interaksi sub sistim dalam kepribadian manusia yaitu:
a. Id, yaitu bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia merupakan pusat insting yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan cenderung memenuhi kebutuhannya .Bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani yang terdiri dari dua bagian:
i). libido - insting reproduktif penyediaan energi dasar untuk kegiatan – kegiatan kosntrukstif.
ii). thanatos – insting destruktif dan agresif
b. Ego, berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebgai wujud rasional. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas
c. Super ego, yaitu unsur yang menjadi polisi kepribadian, mewakili sesuatu yang normatif atau ideal super ego disebut juga sebgai hati nurani,merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultur masyarakat. Super ego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan dibawah alam sadar.

B. Behaviorisme
Aliran behaviorisme lahir sebagai reaksi aliran instropeksionisme ( menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif ) dan juga aliran psikoanalisis (berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme hanya menganalisa perilaku yang nampak saja yang dapat diukur dilukiskan dan diramalkan Teori dari aliran ini dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.





Behaviorisme mempersoalkan bagaimana perilaku manusia dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Walaupun demikian asumsi yang digunakan oleh aliran behaviorisme aliran ini banyak menentukan perkembangan psikologi.
Salah satu yang sering muncul dalam literatur psikologi adalah tentang teori “tabula rasa” sebagai kelanjutan pendapat Aristoteles yang secara garis besar menganalogikan manusia ( bayi ) sebagai kertas putih dan menjadikan hitam atau menjadikan berwarna lain adalah pengalaman atau hasil interaksi dengan lingkungannya. Teori pelaziman klasik, teori pelaziman operan dan social learning theory juga merupakan produk dari aliran ini
Teori pelaziman klasik
Pada awal tahun 1900an, seorang ahli fisiologi Rusia bernama Ivan Pavlov menjalankan satu siri percubaan secara sistematik dan saintifik dengan tujuan mengkaji bagaimana pembelajaran berlaku pada sesuatu organisme. Pavlov mengasaskan kajiannya pada 'hukum perkaitan' (Law of Association) yang di utarakan oleh ahli falsafah Yunani awal seperti Aristotle. Menurut pendapat ini, sesuatu organisme akan teringat sesuatu karena sebelumnya telah mengalami sesuatu yang berkaitan. Contohnya, apabila melihat sebuah mobil mewah, mungkin kita membuat pengandaian si pengendara mobil adalah seorang kaya atau seorang terkemuka. Andaian ini bergantung kepada pengalaman kita yang lampau.
Teori pelaziman Operant
Perkataan 'operan' diciptakan oleh Skinner yang berarti apabila organisme menghasilkan sesuatu respon karena mengoper atas stimulus yang diterima disekitarnya. Contohnya, seekor anjing akan menghulurkan kaki depannya sekiranya ia ketahui bahawa tingkahlaku itu akan diikuti dengan makanan. Begitu juga dengan seorang anak tidak mau rewel karena dia akan dibelikan es krim. Dalam kaitan teori ini, dikenal istilah reinforcement dan punishment.
Teori Social Learning Theori
Pembelajaran Sosial menyatakan bahawa seorang individu meniru tingkahlaku (imitation) yang diterima masyarakat (socially accepted behaviour) dan juga tingkah laku yang tidak diterima masyarakat

C. Psikologi Kognitif
Aliran ini lahir pada awal tahun 70-an ketika psikologi sosial berkembang ke arah paradigma baru manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk pasif yang digerakkan oleh lingkungannya tetapi makhluk yang paham dan berpikir tentang lingkungannya (homo sapiens). Aliran ini memunculkan teori rasionalitas dan mengembalikan unsur jiwa ke dalam kesatuan dalam diri manusia .asumsi yang digunakan adalah manusia bersifat aktif yang menafsirkan stimuli secara tidak otomatis bahkan mendistorsi lingkungan.
Jadi manusialah yang menentukan stimuli . Salah satu nama yang muncul dari aliran ini yaitu Kurt Lewin dan dikenal dengan teori :B = f ( P. E ). Behavior adalah hasil interaksi antara Persons dengan Enviroment



D. Psikologi Humanistik
Lahir sebagai revolusi ketiga atau dikatakan sebagai mazhab ketiga psikologi. Psikologi humanistik melengkapi aspek-aspek dasar dari aliran psikoanalisis dan behaviorisme dengan memasukan aspek positif yang menentukan seperti cinta , kreativitas , nilai makna dan pertumbuhan pribadi. Psikologi Humanistik banyak mengambil penganut Psikoanalisis Neofreudian. Asumsi dasar aliran ini yang membedakan dengan aliran lain adalah perhatian pada makna kehidupan bahwa manusia bukanlah sekedar pelakon tetapi pencari makna kehidupan
Selanjutnya konsep yang menjadikan teori aliran psikologi humanistik tiada duanya adalah konsep dari tokoh aliran ini yaitu Abraham Maslow yang menyatakan “studi tentang orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mutlak menjadi fondasi bagi sebuah ilmu psokologis yang lebih semesta( Frank Goble,1993,34 )
Krtik-kritik dari psikologis humanistik menunjukan perbedaaan dan asumsi yang berbeda dengan aliran –aliran lain:
1. Psokologi humanistik tidak mengagungkan metode statistik dan serba rata-rata tetapi melihat pada yang mungkin dan harus ada.
2. Psikologis humanistik tidak berlebihan melakukan penelitian eksperimen pada binatang tetapi pada kodrat manusia beserta sifat-sifat manusia yang positip.
Dengan demikian pendekatan yang dilakukan bersifat multi displiner lebih luas lagi menyeluruh terhadap masalah-masalah umat manusia. Salah satu teori aliran ini adalah Teori Maslow tentang "Hirarkhi Kebutuhan Manusia. Teori ini menyatakan bahwa manusia akan dapat mengaktualisasikan diri dan percaya diri, manakala kebutuhan akan makanan, kesehatan, rasa aman dan diterima dalam suatu kelompok.
Gambar. Hirarkhi kebutuhan Abraham Maslow
Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Kebutuhan untuk dihargai
Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
Kebutuhan fisiologis dasar
• Kebutuhan fisiologis dasar: gaji, makanan, pakaian, perumahan
• Kebutuhan akan rasa aman: lingkungan kerja yang bebas dari segala bentuk ancaman,
• Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi: kesempatan yang diberikan untuk menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain
• Kebutuhan untuk dihargai: pemberian penghargaan atau reward, mengakui hasil karya individu
• Kebutuhan aktualisasi diri: kesempatan dan kebebasan untuk merealisasikan cita-cita atau harapan individu

PERENCANAAN SISTEM PENGAJARAN

I. PENGERTIAN DAN TUJUAN PERENCANAAN.
- fungsi adminitrasi pendidikan adalah meliputi pengorganisasian, pengawasan pengkoordinasian, organisasi dari penialian.
- perencanaan system pengajaran PAI adalah suatu program untuk memberi petunjuk atau arah kepada pelaksana pendidikan yang menjadi patokan atau acuan percontohan bertujuan pelaksanaan program pendidikan, menjadi criteria penialaian untuk menditeksikan hambatan dan penyimpangan bagai media pembaharuan (inovdi) terhadap PAI.
- menurut tinjau pendidikan tinggi, merumuskan perencanaan pendidikan agama islam sebagai suatu proses penetapan tujuan menyediakan forilitas, lingkungan tertentu, mengintentifikasikan persyaratan untuk mencapai tujuan. Yang telah ditetapkan serta menetapkan cara yang efektif dan efisien usaha membentuk manusia agar memiliki kompetensi individual dan social secara maksimal terhadap PAI.
- Langkah –langkah yang secara berurutan sebagai petunjuk pengajaran acuan.

Dengan cara menjawab permasalahan yang diajukan dalam bentuk pertanyaan.
1. Kegiatan apakah yang harus dilakukan untuk meningkatkan tujuan yang sudah ditetapkan?
2. Bagaimana melakukan kegiatan tersebut ?
3. Siapakah yang melakukan kegiatan tersebut?
4. Sumber apa (manusia, materil, uang ) yaaktu dimana kegiatan itu dilakukan!
5. Kapan dan dalam waktu dimana kegiatan itu dilakukan!
6. Dimana akan dilaksanakan!

- Mata kuliah perencanaan system pengajaran PAI merupakan salah satu komponen kurikulum MKDK, hal ini merupakan materi kurikulum yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam meransang proses pembelajar – mengajar.

II. KONSEP PENDEKATAN SYSTEM PERENCANAAN BELAJAR.
- pedoman istilah belajar dan pegajaran adalah sbb:
a.Belajar mengandung pengertian proses perubahan yang negative tetap dalam
prilaku individual sebagai hasil dari pengalaman, yang meliputi perubahan prilaku
individu, pengalaman, dan terjadi pada prilaku individu.
Pengajaran yaitu proses pembelajaran membuat orang melakukan proses belajar
sesuai dengan tantangan.

Ada pendekatan dalam pengajaran PAI.
1. pendekatan fungsional/manfaat
2. pendekatan emisional / Emosional(perasaan)
3. pendekatan adsioval/akal
4. pendekatan emperis/pengalaman
5. pendekatan pembiaraan.

- Gagne merinci proses belajar menjadi 8 jenis yaitu:
1. Signal learning atau belajar isyarat (tanda).
2. shimulus response learning atau belajar shimulus respon.
3. chaining learning atau belajar rangkaian.
4. verbal assoctiation learning atau belajar asosiasi verbal
5. discrination learning atau belajar perbedaan diskriminasi
6. consep learning atau belajar konsep (fakta abstract)
7. rule learning atau belajar hukum atau aturan
8. problem resolving learning atau belajar pemecahan masalah.

III. PENGEMBANGAN PENGAJARAN.
1. pengembangan pembelajaran di kelas.
a. alokasi waktu
Banghart dan albert trull.menyatakan bahwa dalam rangka mengerti makna perencanaan pengajaran dapat dilihat dari 3 dimensi, yaitu: karakteristik perencanaan pengajaran berusaha menggambarkan sifat –sifat a


RANGKUMAN
1. proses belajar dipengaruhi oleh kesiapan murid.
2. tujuan belajar diperlakukan untuk suatu proses balajar yang terarah.
3. seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi.
4. tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi.
5. proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang.
6. belajar diaggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru.
7. belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan.
8. proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru.
9. proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia. Mampu mengendalikan aktivitas ragawi/jamaninya.
10. jenis, cakupan, dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan yang selanjutnya.


PRINSIP –PRINSIP DASAR EVALUASI DALAM PENDIDIKAN

Filsafat pendidikan dewasa ini menempatkan tekanan atas penyesuaian diri bagi seluruh aspek individu fisik, mental, emosi, dan social. Suatu hal yang penting bahwa hasil –hasil pendidikan harus dapat memberi refleksi tujuan pendidikan secara luas. Pada masa –masa belum lama berselang mungkin atau wajar untuk menbatasi pengajaran di sekolah hanya di tujukan pada penguasaan mata pelajaran- pelajaran atau kecakapan ketrampilan. Pada hal perhatian seharusnya lebih utama diberikan kearah pembinaan penyesuaian diri individu dalm banyak interaksi –interaksi, yang berlangsung terus menerus anatara dia dengan factor –faktor dan kekuatan –kekuatan dari lingkungannya.

Evaluasi hasil belajar murid berarti juga meramalkan secara tepat keuntungan baginya yang diperoleh melalui pendidikan formalnya. Belajar yang sukses tidak dapat dievaluasi hanya melalui penyelenggaraan tes –tes yang disiapkan oleh guru yang hampir seluruhnya semata –mata terdiri atas cerita kata demi kata mengenai bahan –bahan ingatan. Dengan demikian evaluasi atau penilaian mengenai hasil belajar meliputi:
1. Pengukuran atau peramalan kemajuan belajar dalam arti persiapan yang teliti dan penyelenggaraan yang tepat dalam memerankan tehnik –tehnik, dan
2. Mencatat sebaik –baiknya dan memberi interpretasi data –data yang dihasilkan.

Evaluasi kemajuan belajar mencakup studi seluruh aspek perkembangannya, seperti: perkembangan fisik, ebilitas mental umum dan bakat khusus, minat dan sikap, keadaan emisional, penyesuaian social, latar belakang atau kondisi –kondisi lingkungan, dan hasil pelajaran di sekolah.

Dalam hal ini memperingatkan:
Patut diperhatikan bahwa pengukuran selalu berarti untuk suatu tujuan, dan bukan tujuan itu sendiri. Suatu pengukuran hanyalah sejumlah gambaran data yang diamati. Implikasi –implikasi pendidikan yang berarti dalam pengukuran itu tidak semata –mata lalu memberikan bukti dengan sendirinya secara otomatis. Sebagai suatu aturan, arti yang sebenarnya dari pengukuran itu dapat ditetapkan hanya apabila dilihat dalam hubnya dengan factor –faktor relevan lainnya, dan disesuaikan dengan keseluruhan pola situasi. Hal yang harus diketahui bahwa tendensi –tendensi pendidikan akhir –akhir ini telah diperluas skupnya dan ditambah kompleksitasnya, dan oleh karena itu telah menambah berat beban kesukaran pengajaran dan penyelenggaraannya.

SYSTEM APPROACH (PENDEKATAN SISTEM)

Suatu proses yang dengan kebutuhan diidentifikasi, problem dipilih, syarat –syarat pemecahan problem diindentifikasi, pemecahan dipilih dari beberapa alternaltif, metode dan alat dicari dan diterapkan, hasil dievaluasi, dan revisi yang diperlukan terhadap seluruh bagian dari sistem tersebut dilaksanakan, sedemikian rupa sehingga kebutuhan tersebut dapat tercapai.

Definisi system
System adalah merupakan jumlah keseluruhan dari bagian –bagiannya yang saling bekerja bersama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan atas kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap “system” pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari komponen –komponen adalah diarahkan untuk menuju tercapainya tujuan tersebut.
Contoh : pemerintah, sekolah, pendidikan.

Unsure –unsur suatu system
1. input (masukan) misalnya: sumber, biaya, personal.
2. output (keluaran) misalnya: hasil, produk, atau keuntungan.

Sifat –sifat suatu sistem
a. terbuka vs tertutup
terbuka berarti menerima informasi dari luar, tertutup berarti tidak menerima informa
si dari luar.
b. sederhana vs kompleks
1. sederhana :
a. secara relative hanya terdiri atas beberapa komponen, misalnya :amuba, sel –sel
tubuh.
b. hasil/produknya mungkin sederhana, misalnya sama untuk sepanjang waktu (hasi
cetakan bata).
2. komplek (rumit):
a. terdiri banyak komponen yang saling berinterakasi misalnya pabrik televisi.
b. keseluruhannya (totalitasnya) lebih dari sekedar jumlah dari bagian –bagian.
c. bagian –bagiannya tidak bisa dipahami kalau berdiri terpisah satu sama lain.
d. bagian –bagiannya saling berhubungan dan saling bergantung satu sama lain.
c. hidup vs tak hidup
sistem yang hidup misalnya: sel manusia, tanaman. Sedangkan system yang mati
misalnya: tata surya, computer.
d. susunan vertical (hierarchy)
suatu system selalu berkaitan erat (menjadi atau terjadi)dengan system yang lain.
Susunan hierarki terjadi bila system pada tingkat sederhana
PENDIDIKAN

1. PENDIDIKAN
Yaitu usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pemgendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

2. PENDIDIKAN NASIONAL
Yaitu pendidikan y berdasarkan pancasila dan UUD NRI thn 1945 y berakar pada nilai –nilai agama, kebudayaan nasional INA, dan tanggap thd tuntutan perubahan zaman.

3. SYSTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Yaitu keseluruhan komponen pendd y saling terkait scr terpadu u mencapai tujuan pendd nasional.

4. PESERTA DIDIK
Yaitu anggota masyarakat y berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran y tersedia pd jalur, jenjang, dan jenis pendd tertentu.

5. TENAGA KEPENDIDIKAN
Yaitu anggota masyarakat y mengabdikan diri dan diangkat u menunjang penyelenggaraan pendd

6. PENDIDIK
Yaitu tenaga kependidikan y berkualifikasi sbg gr, dosen, konselor, pamong belajar, widyiswara, tutor, instruktrur, fasilitator,dan sebutan lain y sesuai dgn kekhususannya, serta berpartisifasi dlm menyelenggarakan pendd.

7. JALUR PENDIDIKAN
Yaitu Wahana y dilalui peserta didik u mengembangkan potensi diri dlm suatu proses pendd y sesuai dgn tujuan pendd.

8.jenjang

BAB I
PENDAHULUAN

Dengan munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat pada hampir semua aspek dan perkembangan paradigma baru dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, di awal melinium ketiga ini telah dikembangkan kurikulum fiqih Madrasah Tsanawiyah (MTS) secara nasional, yaitu kurikulum yang ditandai dengan cirri-ciri, antara lain:
1. Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment targets) dari pada penguasaan materi.
2. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia.
3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksanaan pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

Walaupun kurikulum nasional ini lebih global disbanding kurikulum 1994, model ini diharapkan lebih membantu guru, karena dilengkapi dengan pencapaian target yang jelas, materi standar, standar hasil belajar peserta didik, dan prosedur pelaksanaan pembelajaran. Meskipun demikian, keadaan sumber daya pendidikan di Indonesia sangat memungkinkan munculnya keragaman pemahaman terhadap standar nasional,

A. kelas 1/VII
Standar kompetensi : Menguasai tata cara thaharah, pelaksanaan shalat(shalat wajib, jama’ah, jama’ qashar, darurat, jenazah, shalat sunnah) serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari –hari.

Penyakit Traumatik

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang kami/penyusun makalah ini adalah untuk proses pembelajaran tentang apa-apa saja yang dibahas dalam materi penyakit trumatik berdarsaskan toeri –teori /pembahasan – pembahasan yang ada.
B. Manfaat
Ialah agar mahasiswa lebih mengerti tentang jenis – jenis, pencegahan, pengobatan dan pengontrolan penyakit traumatik.
C. Tujuan
Dengan adanya makalah ini mahasiswa diharapkan lebih memiliki pengetahuan tentang penyakit traumatik dan lebih mengerti apa – apa saja yang mengakibatkan tejadina penyakit traumatik.


BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Penyakit Traumatik
Traumatik adalah gejala yang menguncang kejiwaan atau kejadian yang dialami seseorang, yamg disebabkan oleh cidera fisik, cidera mekanis kasar, panas atau dingin yang extrim, listrik, radiasi dan sebagainya. Biasanya peristiwa tersebut terjadi secara tiba-tiba, dahsyat bahkan mengancam kejiwaan.
2. Jenis- jenis penyakit Traumatik
a. Trauma Uretra
Penyebab utama dari trauma uretra adalah patah tulang panggul dan karena kedua kaki mengangkang (pada pria). Prosedur pembedahan pada uretra atau alat yang dimasukkan kedalam uretra juga bias melukai uretra, tetapi lukanya relatif ringan. Penyempitan uretra (striktur) didaerah yang terkena biasanya merupakan komplikasi yang bisa terjadi dikemudian hari. Hal ini bisa menyebabkan impotensi akibat kerusakan arteri dan saraf pada penis.
• Gejala
- Adanya darah diujung penis, hematuria dan ganguan kemih
- Kadang air kemih merebes kedalam jaringan di dinding perut, kantung zakar atau perineum.
• Diagnosis
- Ditegakkan berdasarkan uretrogram retrograde.
- Uragrafi intravena, dan CT scan.
• Pengobatan
- Untuk memar ringan memasukan keteter melalui uretra kedalam kandung kemih dan uretra akan membaik dengan sendirinya
- Untuk cidera lainnya, memasang keteter langsung kedalam kemih.
- Untuk stuktur uretra dilakukan perbaikan melalui pembedahan.
b. Trauma Ginjal
Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal misal karena kecelakaan kenderaan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat berolah raga. Trauma yang diakibatkan ESWL (Extracorporeal shock wave Lithotripsy) suatu prosedur rutin untuk mengahancurkan batu ginjal. Bisa menyebabkan ditemukannya darah dalam air kemih yang sifatnya sementara. Tidak terlalu jelas dan akan membaik dengan sendirinya.
• Gejala
- Cidera ringan menyebabkan hematuria yang hanya diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik.
- Cidera berat bisa menyebabkan hematuria yang tampak sebagai air kemih yang berwarna kemerahan.
- Luka berat, terjadi pendarahan hebat dan air kemih bisa merembes ke jaringan disekitarnya.
- Jika ginjal terpisah dari tangkainya yang mengandung vena dan arteri maka bisa terjadi pendarahan hebat, syok dan kematian.
• Diagnosis
- Pemeriksaan sinar x untuk ginjal dan saluran kemih, misalnya urografi intravena dan CT scan, dapat berfungsi terlihat luasnya cidera.
• Pengobatan
- Mengendalikan kehilangan darah dan mencegah syok.
- Diberikan cairan intravena untuk menormalkan tekanan darah dan merangsang pembentukan air kemih.
- Melakukan pengawasan ketat terhadap asupan cairan dan penderita menjalani tirah pembedahan.
c. Trauma Kandung Kemih
Trauma kandung kemih adalah truma benturan pada panggul yang menyebabkan patah tulang (fraktul) sering kali terjadi pada kecelakaan sepeda motor dan bisa menyebabkan robekan pada tulang kemih. Sedangkan luka tembus,biasanya akibat tembakan bisa juga mencendraikan katung kemih.
• Gejala
- Adanya darah dalam air kemih atua kesulitan dalam berkemih
- Terdapatnya daranya di urin (hematuria)
- Berkuranya proses berkemihdan nyeri
- Nyeri tumpul, pembekakan,memar
- Jika cukup berat, dapat menurunkan tekanan darah (syok)
• Diagnosa
- Pemeriksaan sistografi
• Pengobatan
- Untuk robekan kecil (laserasi) bisa diatasi dengan memasukan keteter kedalam kedalam ultera untuk mengelurkan air kemih selama7 – 10 hari dalam kandungan kemih akan baik dengan sendirinya.
- Untuk luka yang berat, dilakukan perbedaan untuk menentukan luasnya lukadan untuk memperbaiki setiap robekan, selanjut nya air kemih dibuang dari kandunggan kemih dengan mengunakan 2 kateter, 1 terpasang melalui urtera( kateter trans ureta ) dan yang lain nya terpasang langsung kedalam kantung kemih melalui perut bagian bawah (kateter supra publik). Dan kateter itu dipasang selama 7 – 10 hari atau diangkat setelah kandung kemih mengalami penyembuhan yang sempurna.
d. Stres
Terjadi karena adanya tekanan batin yang disebatkan oleh kejadian – kejadian yang beruntun, dan berat untuk diterima oleh seorang, pada akhirnya jiwanya tergangu.contoh pengalaman tersebut seperti kematian anggota keluarga secara mendadak, keguguran, di pecat dari kerja, mengalamikecelakan, perkosaan, yang semua itu dapat menyebabkan trumatik kejiwaan.
• Gejala
- Mengalami mimpi buruk berulan kali mengenai kejadian buruk itu dan insomnia.
- Menarik diri dari lingkungan
- Ganguan makan mual dan muntah, kesulitan makan, atau makan berlebihan.
- Hiperaktif negative, gelisah berlebihan dan tidak tenang.
- Kewaspadaan berlebihan, kebutuhan besar untuk menjaga dan melindungi diri.
- Merasa tergangu bila diingatkan, atau teringat tentang traumanya.
• Pengobatan
- Merunjuk kepada dokter jiwa.(rumah sakit jiwa) selalau memberi semangat.
- Melakukan kegiatan yang di sukai, hal ini dapat membantu kelual dari rasa trauma.
- Hindari bertanya tentang kejadian yang menimpanya
- Menemani sipenderita
- Menerima kondisi seperti apa adanya
3. Pencegahan dan Pengontrolan
- Pada penyakit traumatik fisik, hidari aktifitas yang berbahaya
- Berhati – hatilah dalam melakukan aktifitas, serperti dalam berolah raga, dan dalam berkendaraan.
- Jangan dekati benda – benda berbahaya
- Lindungilah diri dari panas atau dingin,karena dingin dan panas dapat juga menyababkan trauma.
- Pada trauma mental jangan membiasakan banyak berfikir


BAB III
RANGKUMAN
Penykit trumatik adalah suatu kejadian yang dialami seseorang yang disebatkan oleh cedera fisik, cidera mekanis kasar,panas atau dingin yang extrim,listrik,dan radiasi.biasanya terjadi secara tiba – tiba, baik factor kecelakaan dalam berkendaraan maupun kecelakaan dalam melakukan aktivitas sehari – hari serperti dalam berolah raga.
Contoh – conyoh penyakit traumatik
a. Trauma uretra
Penyabab utama dari truma uretra adal patah tulang pinggul,hal ini bias terjadi karena kecelakaan atau factor lainnya, selain itu trauma uretra dapat juga disebatkan oleh factor kaki mengankan pada pria.
• Gejala :
- Adanya darah di ujung penis, hematuria dan ganguan kemih.
- Air kemih merebas kadalam jaringan di diding perut, kangtung zakar.
- Menyempit ureter, ini merupakan kompikasi dikemudian hari.
- Menyebatkan impotensi karena kerusakann arteri dan saraf
• Pengobatan
- Untuk memar ringan, dimasukan kateter melalui ultera kedalam kandung kemih selama beberapa hari, ini dilakukan untuk mengeluarkan air kemih dan uretra akan membaik dengan sendirinya.
- Untuk struktur uretra dilakukan perbaikan melalui pembedahan.
b. Trauma ginjal
Trauma ginjal merupakan terjadinya lika pada ginjal yang dapat disebabkan oleh kecelakaankendaran bermotor, terjatuh, atau trauma pada saat berolah raga.
• Gejalanya
- Cedera ringan menyabatkan hematuria yang hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan.
- Cidera berat dapat merubah air kemih berwarna merah
- Jika ginjal terpisah dari tangkainya yang mengandung vena dan arteri, akan menjadi pendarahan hebat, syok dan kematian.
- Diagnosis dapat dilakukan dengan sinar x
• Pengobatan
- Menghilangkan darah dan memcegah syok
- Diberikan cairan intravena untuk mennormalkan tekanan darah dan menrangsang pembentukan air kemih.
- Melakukan pengawasan ketat terhadap asupan cairan
- Penderita menjalani tirah baring.
c. Trauma kandung kemih
Trauma benturan pada panggul yang menyebatkan patah tulang (faktur) terjadi pada kecelakaan sepeda motor dan bias menyebabkan robekan pada kandung kemih. Luka tembus akibat tembaka, juga bias menciderai kadung kemih.
• Gejalanya
- Ada darah dalam air kemih
- Dianosis dilakukan berdarsarkan pemeriksaan sistograf
• Pengobatan
- Masukan kateter kedalam uretra untuk mengeluarkan air kemih selama 7 – 10 hari
- Dilakukan pembedahan apabila lukanya lebih berat
d. Stres Traumatik
Terjadi apabila seseorang mengalami suatu peristiwa yang menakutkan, dan sulit untuk dierima oleh orang tersebut.
Biasanya peristiwa tersebut terjadi secara tiba – tiba dan dasyat, bahkan mengancam jiwa.
• Gejalanya
- Sering mengalami mimpi buruk
- Menarik diri dari lingkungan
- Ganguan pola makan
- Hiperaktif yang negative, serpeti gelisah yang berlebih ras khuatir, dan tidak tenang
- Kewaspadaan berlebihan
- Merasa terganggu bila di ingatkan tentang peristiwa yang dialaminya.
e. Tindakan yang dapat kita lakukan untuk menolong penderita :
- Merujuk kerumah sakit jiwa
- Mendampingi sipenderita kapan saja dibutuhkan
- Tidak bertanya tentang rentetan peristiwa yang dialaminya
- Menerima sipenderita apa adannya
- Melakukan kegiatan yang disukainya.
f. Pencegahan dan Pengontrolan
- Pada penyakit traumatic fisik, hidari aktifitas yang berbahaya
- Berhati – hatilah dalam melakukan aktifitas, serperti dalam berolah raga, dan dalam berkendaraan.
- Jangan dekati benda – benda berbahaya
- Lindungilah diri dari panas atau dingin,karena dingin dan panas dapat juga menyababkan trauma
- Pada trauma mental jangan membiasakan banyak berfikir.
- Hindari kejadian – kejadian berbahaya.

..


DAFTAR PUSTAKA
1. ROBBINS.2004. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
2. Drs.Kamisa 1997. Kamus lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Penerbit Kartika

Pentingnya Minat Belajar bagi Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

A. Pengertian Minat dan Pengaruhnya pada Siswa dalam Belajar
1. Pengertian minat
Berbicara tentang minat, penulis tidak lepas dari masalah kejiwaan manusia. Oleh karena minat adalah salah satu aspek psikis yang ada pada setiap manusia. Apabila seseorang menaruh minat terhadap sesuatu, maka orang tersebut akan berusaha dengan sekuat mungkin untuk memperoleh yang diinginkannya. Usaha yang dilakukan oleh seorang tersebut, dapat terjadi karena adanya dorongan dari minat yang dimilikinya. Dengan demikian minat adalah motor penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Seorang anak misalnya, berkeinginan untuk dapat pintar naik sepeda, maka dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk belajar naik sepeda. Walaupun anak tersebut telah beberapa kali terjatuh dari sepedanya, akan tetapi mereka tetap berusaha dan mencari jalan bagaimana cara untuk dapat naik sepeda dengan lancar.
Begitu juga siswa yang mempunyai minat dalam dirinya untuk belajar, maka siswa tersebut dapat dengan mudah menyerap materi pelajaran yang dipelajarinya. Sebaliknya, tanpa adanya minat dan perhatian dalam diri seseorang siswa terhadap apa yang dipelajarinya. Mereka tidak akan dapat menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya itu dengan baik. Oleh karena itu, minat belajar siswa sangat perlu diperhatikan dan ditingkatkan oleh guru sebagai pendidik di sekolah.
Untuk mengetahui dengan jelas masalah minat tersebut, berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat tentang pengertian minat oleh para ahli sebagai berikut :
Cony Semiawan mengatakan bahwa :
Yang dimaksud minat (interest), adalah keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada sesuatu, situasi atau obyek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan kepadanya (statisfiers). Demikian juga minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimulasi sesuai dengan keadaan tersebut.
Slameto mengemukakan bahwa :
Minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Dari pendapat tentang minat tersebut, penulis dapat memahami bahwa minat adalah kesediaan jiwa untuk memusatkan perhatian terhadap suatu obyek tertentu tujuannya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan atau dengan kata lain bahwa minat itu mengarah kepada pemusatan perhatian secara maksimal untuk memperoleh tujuan yang diinginkan.
2. Pengaruh minat terhadap siswa dalam belajar
Telah dijelaskan di atas bahwa, minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu objek dengan tujuan untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang tidak akan mencapai tujuan yang dicita-citakan apabila di dalam diri orang tersebut tidak terdapat minat atau keinginan jiwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya itu.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat menjadi motor penggerak untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa dengan minat, tujuan belajar tidak akan tercapai.
Untuk mengetahui lebih jelas pengaruh minat terhadap siswa dalam belajar, terlebih dahulu penulis mengemukakan pendapat para ahli tentang belajar itu sendiri
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu lingkungannya
Abu Ahmadi mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :
Murid belajar dengan seluruh tenaga dan jiwanya, tidak hanya dengan pikirannya saja, setelah guru menyajikan bahan pelajaran dengan segala macam usaha dan upaya maka sekarang menjadi tugas anak untuk mengelola bahan pelajaran, mengingatnya dan mempergunakannya pada waktu ia berpikir di dalam seluruh kehidupannya
Slameto berpendapat bahwa :
Belajar adalah suatu proses usaha dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya dapat pula dikatakan bahwa belajar adalah kegiatan-kegiatan yang melibatkan seluruh komponen badan termasuk fisik dan psikis. Kegiatan tersebut, dilakukan secara aktif dan disengaja dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman yang baru.
Untuk mencapai tujuan belajar yang dimaksud diperlakukan adanya faktor pendorong atau minat dalam diri setiap siswa yang belajar. Dengan demikian, adanya minat dalam diri siswa yang belajar, mereka dapat memusatkan perhatiannya terhadap bidang studi yang dipelajarinya.
Jika minat siswa dapat dibangkitkan, kemudian seluruh perhatiannya dapat dipusatkan kepada bidang studi yang dipelajarinya, keadaan kelas dapat menjadi tenang. Sebab siswa tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan hal-hal yang melanggar ketertiban kelas. Dengan demikian prose belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik dan siswa pun dapat mencapai tujuan belajar sebagaimana yang diharapkan.
Dari keterangan di atas, penulis memahami bahwa minat termasuk salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan dalam belajar. Oleh karena itu, jika sekiranya siswa tidak memiliki minat atau kurang perhatian untuk menerima pelajaran, guru sedapat mungkin mengusahakan membangkitkan minat siswa melalui berbagai cara atau metode. Karena akibat dari siswa yang tidak memiliki minat belajar, mereka tidak dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
B. Fungsi minat dalam belajar
Fungsi minat dalam belajar, merupakan faktor yang sangat penting untuk dibahas. Mengingat pentingnya hal tersebut, para ahli sepakat bahwa minat tersebut adalah hal yang mutlak dalam setiap aktivitas, termasuk dalam hal belajar. Sehubungan dengan hal ini Westy Soemanto mengatakan bahwa :
Ditinjau dari segi kepentingan pendidikan dan belajar, pemilihan jenis perhatian yang efektif untuk memperoleh pengalaman belajar adalah hal yang penting bagi subjek yang belajar.
Berdasarkan uraian di atas, penulis memahami bahwa memancing minat siswa untuk belajar, merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh guru terhadap siswanya.
Salah satu usaha untuk membimbing perhatian anak didik yaitu melalui pemberian rangsangan yang menarik perhatian dari anak didik.
Dari pendapat tersebut, jelas bahwa membangkitkan perhatian dan minat belajar bagi siswa adalah faktor yang amat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Membangkitkan minat merupakan hal yang penting, maka kegunaannya pun juga merupakan hal yang penting, The Liang Gie mengatakan bahwa :
Minat selalu membangkitkan pemusatan pemikiran, juga menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar keriangan hati akan memperbesar daya kemampuan belajar seseorang, juga membantunya untuk tidak mudah melupakan apa yang dipelajarinya itu. Belajar dengan perasaan yang tidak gembira, akan membuat pelajaran itu tambah berat.
Seorang siswa dalam belajar diusahakan adanya minat dan perhatian yang besar terhadap semua bidang studi yang dipelajarinya. Guru harus mengusahakan agar materi yang dipelajari siswa dapat menjadi milik rohani, yang berguna dalam kehidupan kelak. Akan tetapi kadang-kadang ditemukan hal yang sebaliknya, tidak jarang diantara siswa yang tidak berminat terhadap bidang studi yang dipelajarinya. Sebagai akibat tidak adanya faktor pendorong untuk mendalami bidang studi yang dipelajarinya itu.
Guru kadang-kadang bersifat acuh terhadap masalah yang dihadapi siswanya, sehingga tujuan yang diinginkan dalam belajar tidak tercapai secara maksimal. Biasanya seorang siswa berminat mempelajari sesuatu, karena adanya beberapa sebab seperti:
1. Untuk memperkuat kedudukan ekonomi di kemudian hari
2. Dapat menciptakan kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam masyarakat
3. Dapat menimbulkan kepuasan bagi dirinya sendiri karena bertambah ilmunya.
Dari keterangan yang dikemukakan di atas, nampak bahwa minat adalah kecenderungan yang dapat menimbulkan perhatian terpusat terhadap suatu aktivitas. Oleh karena itu, setiap guru sebagai pendidik sekaligus sebagai pengajar di sekolah hendaknya memahami hal tersebut. Sebab pada umumnya seorang peserta didik menaruh minat terhadap sesuatu, karena belum mengerti akan kegunaan hal tersebut. Oleh karena itu, setiap guru dituntut agar selalu membangkitkan minat anak didiknya terhadap bidang studi yang disajikannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, Zakiah Darajat mengatakan :
Titik permulaan dalam mengajar yang berhasil adalah membangkitkan minat belajar anak didik karena rangsangan. Rangsangan tersebut, membawa kepada senangnya anak didik terhadap pelajaran dan membangkitkan semangat belajar mereka. Di samping perasaan mereka mendapat manfaat dari pekerjaan dan kegiatan mereka dengan sungguh-sungguh.
Mengingat bahwa tujuan belajar adalah untuk mengerti dalam arti adanya hubungan yang erat antara pikiran subyek dengan obyek yang sedang diselidiki, berarti minat adalah hal yang amat penting keberadaannya dalam diri setiap individu, tanpa adanya minat, akan sulit untuk mengarahkan perhatian seseorang kepada suatu obyek.
Dari uraian di atas, dapat memberikan pengertian kepada penulis bahwa minat sebagai suatu aktivitas psikologis mempunyai fungsi yang amat penting dalam belajar. Untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, keberadaan minat dalam diri setiap siswa sangat dibutuhkan. Dengan adanya minat tersebut, siswa dapat berhasil dalam belajarnya. Dengan demikian, tujuan yang akan dicapai dalam belajar tercapai secara maksimal.
C. Metode Membangkitkan Minat Belajar Siswa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
1. Metode membangkitkan minat belajar siswa
Sebelum membicarakan lebih jauh tentang beberapa metode yang dapat membangkitkan minat belajar siswa, terlebih dahulu penulis akan mengemukakan pengertian metodologi itu sendiri sebagai berikut:
Metodologi berasal dari bahasa Greek “metho” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti cara, sedangkan “logos” yang kemudian menjadi “logi” berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian kata “Metodologi” berarti ilmu pengetahuan yang membalas tentang cara atau jalan yang harus dilalui
Dari pengertian tersebut, penulis mengartikan bahwa metode mencakup pengertian tentang proses belajar sehingga ruang lingkup pembahasannya adalah segala sesuatu yang terjadi baik dalam kelas, di luar kelas, maupun dalam lingkungan sekolah.
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, metode merupakan jalan atau alat yang penerapannya diarahkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, tujuan tersebut sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan dalam program pengajaran. Oleh sebab itu, setiap guru dituntut untuk selalu berusaha membangkitkan minat peserta didiknya terhadap bidang studi yang diajarkannya.
Sehubungan hal tersebut, Zakiah Darajat mengatakan bahwa :
…tidak dibangkitkannya minat terhadap pelajaran akan mengguncangkan suasana dalam kelas, dan timbulnya persoalan tentang peraturan. Adanya rasa malas dan lelah di dalam jiwa anak didik, di samping timbulnya rasa remah terhadap pelajaran dan pekerjaan sekolah. Dengan demikian jelaslah beberapa pentingnya membangkitkan minat anak didik dalam proses mengajar bagi guru. Sebenarnya sebagian besar dari usaha guru yang sukses tertumpah kepada membangkitkan minat anak-anak didik.
Dari uraian tersebut, penulis memandang bahwa sudah menjadi kewajiban setiap guru untuk membangkitkan minat yang telah ada dalam jiwa anak didik. Sebab tanpa minat akan sulit untuk mengajarkan sesuatu kepada seseorang.
Uraian selanjutnya adalah mengenai metode yang dapat membangkitkan minat belajar siswa. Metode itu sangat banyak, akan tetapi penulis hanya mengungkapkan lima macam metode dalam skripsi ini, karena pada dasarnya metode-metode tersebut adalah baik dan tepat dipakai untuk membangkitkan minat siswa untuk belajar.
Adapun metode yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Metode langsung
Metode langsung adalah metode ini dilaksanakan dengan menggunakan alat dalam pelaksanaan metode ini, guru bidang studi mengupayakan suatu cara yang mudah dan gampang dimengerti oleh siswa. Apabila peragaan alat peraga tidak dapat dipraktekkan di hadapan siswa, guru dapat menggunakan gambar untuk menjelaskan isi materi pelajaran. Hal tersebut dimaksudkan upaya siswa dengan mudah dapat memahami dan mengerti akan maksud dari materi yang diajarkan oleh guru. Dengan demikian secara tidak langsung siswa dapat mengembangkan ilmunya.
Metode ini dapat dirasakan kebaikannya karena dapat merangsang minat belajar siswa untuk memperhatikan dengan seksama materi pelajaran yang disajikan oleh guru. Di sisi lain metode ini memiliki kelemahan apabila guru tidak menyediakan alat peraga yang diperlukan
b. Metode ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan atau masalah secara lisan.
Dalam penggunaan metode ceramah ini, siswa perlu dilatih mengembangkan keterampilan memahami suatu proses, yaitu dengan mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis. Metode ini dapat membangkitkan minat belajar bagi siswa karena secara tidak langsung siswa memusatkan perhatiannya terhadap isi materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
c. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu teknik untuk memberi motivasi siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, atau guru mengajukan pertanyaan kemudian siswa menjawab .
Dalam menggunakan metode ini diperlukan usaha untuk merangsang siswa agar perhatiannya terarah kepada masalah yang sedang dibicarakan, mengarahkan proses berpikir siswa agar mereka dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan penuh keterampilan interprestasi dan lain-lain.
Selanjutnya dalam menentukan pemakaian metode ini hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
b) Pertanyaan dapat membangkitkan minat dapat mendorong inisiatif anak dan dapat merangsang murid untuk bekerja sama.
c) Melatih anak mampu mengasosiasikannya dengan masalah-masalah lain
d) Teknis pengajuan pertanyaan hendaknya ditujukan kepada seluruh kelas dan giliran menjawab murid tertentu saja.
d. Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok adalah cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan jalan membentuk kelompok kerja dari kumpulan beberapa orang murid untuk mencapai suatu tujuan secara gotong royong.
Berdasarkan pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa metode kerja kelompok adalah cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan jalan membagi murid dalam bentuk kelompok yang lebih kecil. Untuk menyelesaikan tugas secara gotong royong.
Dalam pelaksanaan metode ini, semua siswa yang tergabung dalam suatu kelompok diharapkan sumbangsihnya untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada kelompoknya. Adanya kerjasama yang terjadi diantara mereka, membuat masing-masing siswa terpacu minat dan semangat belajarnya. Dengan demikian tugas yang dibebankan oleh guru atas kelompoknya dapat mereka selesaikan dengan baik dan benar.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode kerja kelompok ini, antara lain adalah
a) Hendaknya diusahakan jumlah anggota masing-masing kelompok jangan terlalu besar, cukup empat sampai enam orang anak
b) Pembentukan kelompok kerja hendaknya dibentuk secara demokrasi dalam arti mempertimbangkan minat dan kemampuan anak murid.
c) Jumlah anggota setiap kelompok hendaknya seimbang dan merata, dalam hal perbandingan murid yang pandai dan kurang pandai, perbandingan pria dan wanita dan lain sebagainya.
e. Metode pemberian tugas
Sebelum guru menerapkan metode pemberian tugas ini, terlebih dahulu menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Kemudian guru memberikan tugas kepada siswa untuk dilaksanakan berdasarkan petunjuk yang telah diberikan oleh guru.
Adapun penetapan metode ini melalui tiga tahapan yaitu :
a) Guru memberi tugas kepada siswa sesuai dengan perencanaan yang disepakati bersama kurikulum yang berlaku.
b) Siswa melakukan tugas yang dibebankan kepadanya, artinya ia belajar seraya menyelesaikan tugas-tugas yang bersangkutan
c) Siswa mempertanggungjawabkan kepada guru apa yang telah mereka pelajari dengan bukti hasil kerja (belajar), penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
Metode pemberian tugas ini, pada dasarnya dilaksanakan apabila guru telah melakukan penjelasan tentang tujuan yang akan dicapai dalam proses belajar mengajar.
Beberapa metode yang telah diuraikan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa pada dasarnya semua metode mengajar dapat dipergunakan oleh guru untuk memancing minat belajar siswa, namun demikian metode-tersebut juga mempunyai kelemahan apabila alat peraga ataupun guru yang akan mempergunakan metode tersebut tidak menguasainya dengan baik.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa
Dalam belajar terlibat berbagai faktor, sehingga kadang-kadang bila faktor itu tidak ada, menyebabkan minat untuk belajar bagi siswa akan berkurang, bahkan akan menjadi hilang sama sekali.
Berbicara mengenai faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, dapat ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi minat siswa itu sendiri. Namun pada dasarnya faktor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam faktor intern (dalam diri) siswa yang belajar. Faktor ekstern (dari luar diri) siswa yang belajar dan faktor teknik atau pendekatan belajar.
Soemadi Soeryabrata mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu :
a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar dan ini masih dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
• Faktor non sosial
• Faktor sosial
b. Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar dan ini pun dapat digolongkan dua golongan yaitu :
• faktor fisiologis
• faktor psikologis.
Sedangkan menurut Westy Soemanto bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi tiga bagian yaitu :
1) Faktor stimulus belajar
2) Faktor metode belajar
3) Faktor individu
Kedua pendapat di atas , maka pada pokoknya dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yakni :
1) Faktor intern
2) Faktor ekstern
3) Faktor teknik atau pendekatan belajar
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, seluruh faktor itu dapat mempengaruhi minat belajar siswa dalam belajar.
D. Pentingnya Minat dalam Belajar
Minat adalah kecenderungan jiwa ke arah sesuatu karena sesuatu itu mempunyai arti bagi kita. Sesuatu itu, dapat memenuhi kebutuhan dan dapat menyenangkan kita. Oleh karena itu, sesuatu yang tidak mempunyai arti bagi kita atau tidak sesuai dengan kebutuhan, maka minat pun tidak akan timbul atau tertarik, sama halnya dengan pelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan, maka minat pun tidak ada waktu mempelajarinya.
Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan dalam belajar adalah karena minat tidak ada terhadap pelajaran tersebut. Kegiatan belajar dapat berhasil dengan baik apabila ada pemusatan perhatian terhadap pelajaran dan salah satu faktor yang menyebabkan terpusatnya perhatian adalah minat. Begitupun sebaliknya bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan minat siswa, tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya.
Sehubungan dengan hal tersebut, guru harus mampu memelihara motivasi belajar siswa, kebutuhan siswa, minat, dan lain-lain, supaya ia dapat menjamin sikap positif pelajar dan kesukaannya kepada pelajaran. Di samping itu, juga mengembangkan motivasi dan minat siswa yang pada dasarnya adalah membantu siswa memilih bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu.
Jika terdapat siswa yang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar, menurut Reojakkers bahwa untuk membangkitkan minat siswa dapat dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.
Dari uraian di atas, dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa minat sangat penting dalam kegiatan belajar, karena tanpa adanya minat terhadap suatu pelajaran, maka kegiatan proses belajar tidak akan berjalan dengan baik dan pada akhirnya keberhasilan dalam belajar tidak akan tercapai dengan baik pula.
Profesionalisme Guru
Profesionalisme berakar pada kata profesi yang berarti pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian, profesionalisme itu sendiri dapat berarti mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Profesionalisme guru dapat berarti guru yang profesional.
Menurut Sanusi, et.al dalam Sujipto (1994:17) bahwa ciri-ciri utama suatu profesi itu sebagai berikut :
a) Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosoial yang menentukan (crusial).
b) Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu
c) Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d) Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
e) Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.
f) Proses pendidikan untuk jabatan itu juga aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.
g) Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang timbul yang dikontrol oleh organisasi profesi.
h) Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
i) Dalam prakteknya melayani masyarakat anggota profesi otonom dan bebas dari campur tangan orang lain.
j) Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.
Ini berarti bahwa pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan yang lain.
Dengan bertitik tolak dari pengertian ini, maka guru profesional adalah orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan maksimal atau dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya.
Perihal teori tentang guru profesional telah banyak dikemukakan oleh para pakar manajemen pendidikan, seperti Rice & Bishoporik dalam Bafadal (2003:5) dan Glickman dalam Bafadal (2003:5) guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Profesionalisasi guru oleh kedua pasangan tersebut dipandang sebagi sebuah proses gerak yang dinamis dari ketidaktahuan (ignorance) menjadi tahu, dari ketidakmatangan (immaturity) menjadi matang, dari diarahkan (other-directedness) menjadi mengarahkan diri sendiri. Peningkatan mutu yang berbasis sekolah (MPMBS) mensyaratkan adanya guru-guru yang memilki pengetahuan yang luas, kematangan, dan mampu menggerakkan dirinya sendiri dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu perlunya dilakukan peningkatan mutu profesi seorang guru baik secara formal maupun secara informal. Peningkatan secara formal merupakan peningkatan mutu melalui pendidikan dalam berbagai kursus, sekolah, maupun kuliah di perguruan tinggi atau lembaga lain yang berhubungan dengan bidang profesinya. Disamping itu, secara formal guru dapat saja meningkatkan mutu profesinya dengan mendapatkan informasi dari media massa (surat kabar, majalah, radio, televisi dan lain-lain) atu dari buku-buku yang sesuai dengan bidang profesi yang bersangkutan.
Sedangkan Glickman dalam Bafadal (2003: 5) menegaskan bahwa seorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara profesional bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya.
Lebih lanjut menurut Glickman, seorang guru profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level commitment) komitmen lebih luas dari concern sebab komitmen itu mencakup waktu dan usaha. Tingkat komitmen guru terbentang dalam satu garis kontinum, bergerak dari yang paling rendah ketempat yang paling tinggi. Guru yang memiliki komitmen rendah biasanya kurang memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pendidikan pun sedikit. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki komitmen yang tinggi biasanya tinggi sekali perhatian terhadap murid, demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan pun lebih banyak. Sedangkan tingkat abstraksi yang dimaksudkan disini adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, mengklarifikasi masalah-masalah pembelajaran, dan menentukan alternatif pemecahannya. Menurut Glickman dalam Bafadal (2003:5) guru yang memiliki abstraksi yang tinggi adalah guru yang mampu mengelola tugas, menemukan berbagai permasalahan dalam tugas, dan mampu secara mandiri memecahkannya.
Guru yang profesional bukan hanya sekadar alat untuk transmisi kebudayaan tetapi mentransformasikan kebudayaan itu kearah budaya yang dinamis yang menuntut penguasaan ilmu pengetahuan, produktivitas yang tinggi, dan kualitas karya yang bersaing. Tugas seorang guru profesional meliputi tiga bidang utama: 1) dalam bidang profesi, 2) dalam bidang kemanusiaan, 3) dalam bidang kemasyarakatan.
Dalam bidang profesi, seorang guru profesional berfungsi untuk mengajar, mendidik, melatih, dan melaksanakan penelitian masalah-masalah pendidikan. Dalam bidang kemanusiaan, guru profesional berfungsi sebagai pengganti orang tua khususnya didalam bidang peningkatan kemampuan intelektual peserta didik. Guru profesional menjadi fasilitator untuk membantu peserta didik mentransformasikan potensi yang dimiliki peserta didik menjadi kemampuan serta keterampilan yang berkembang dan bermanfaat bagi kemanusiaan.
Adapun 10 kompetensi profesional guru yang dikutip Samana (1994) adalah :
1. Guru dituntut mengusai bahan ajar, meliputi bahan ajar wajib, bahan ajar pengayaan, dan bahan ajar penunjang untuk keperluan pengajarannya.
2. Guru mampu mengelola program belajar mengajar meliputi :
1. Merumuskan tujuan instruksional.
2. Mengenal dan dapat menggunakan metode pengajaran.
3. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat.
4. Melaksanakan program belajar mengajar.
5. Mengenal kemampuan anak didik.
6. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran.
3. Guru mampu mengelola kelas antara lain mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran dan menciptakan iklim mengajar yang serasi sehingga Proses Belajar Mengajar berlangsung secara maksimal.
4. Guru mampu mengunakan media dan sumber pengajaran untuk itu diharapkan mempunyai :
1. Mengenal, memilih dan menggunakan media.
2. Membuat alat bantu pengajaran sederhana.
3. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam Proses Belajar Mengajar.
4. Mengembangkan laboratorium.
5. Menggunakan perpustakaan dalam Proses Belajar Mengajar.
6. Menggunakan mikro teaching dalam PPL.
5. Guru menghargai landasan-landasan pendidikan. Landasan pendidikan adalah sejumlah ilmu yang mendasari asas-asas dan kebijakan pendidikan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
6. Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar. Dalam pengajaran guru dituntut cakap termasuk penggunaan alat pengajaran, media pengajaran dan sumber pengajaran agar siswa giat belajar bagi dirinya.
7. Guru mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
8. Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
9. Guru mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Berkaitan dengan itu Sahabuddin (1993:6) mengemukakan bahwa seorang guru profesional harus mempunyai empat gugus kemampuan yaitu: (a) merencanakan program belajar mengajar, (b) melaksanakan dan memimpin Proses Belajar Mengajar, (c) menilai kemajuan Proses Belajar Mengajar dan (d) memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar mengajar dan informasi lainnya dalam penyempurnaan Proses Belajar Mengajar. Sedangkan dalam UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pada pasal 10 ayat 1 disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi : kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh dari pendidikan profesi.
Didalam bidang kemasyarakatan, profesi guru berfungsi untuk memenuhi amanat dalam pembukaan UUD 1945 yaitu ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan diferensiasi tugas dari suatu masyarakat modern, sudah tentu tugas pokok utama dari guru profesional ialah didalam bidang profesinya tanpa melupakan tugas-tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Untuk mencapai suatu profesionalisme bukanlah hal yang mudah, tapi harus melalui suatu pendidikan dan latihan yang relevan dengan profesi yang ditekuni. Profesionalitas sangat diperlukan di era global, jika tidak maka kita akan tergilas oleh arus dan pada akhirnya tersisih.
Demikian pula halnya dengan guru, sebuah profesi yang tak kalah mulianya dibanding profesi yang lain, bahkan dari profesi inilah lahir generasi-generasi yang diharapkan menjadi penentu masa depan. Guru adalah aset nasional intelektual bangsa dalam pelaksanaan pendidikan yang mempersiapkan pengembangan potensi peserta didik dalam rangka melahirkan sumber daya manusia yang mampu, cerdas, terampil dan menguasai IPTEK serta berakhlak mulia guna menunjang peran serta dalam pembangunan.
Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas tidaklah semudah membalik telapak tangan, banyak masalah yang dihadapi dalam Proses Belajar Mengajar, diantaranya keterbatasan sumber belajar, keterbatasan penguasaan pengetahuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam kemajuan pendidikan, cara menyampaikan materi pelajaran, cara membantu anak agar belajar lebih baik, cara membuat dan memakai alat peraga, peningkatan hasil belajar anak dan pelaksanaan berbagai perubahan kebijakan yang berhubungan dengan tugasnya.
Untuk menjawab permasalahan tersebut perlu diciptakan suatu sistem pembinaan profesional bagi guru yang berfungsi memberi bantuan kepada guru agar mereka dapat meningkatkan profesionalnya dengan berupaya menyelesaikan masalah yang hadapinya. Menurut Shapero dalam Bafadal (2003:10) menegaskan bahwa untuk memiliki pegawai yang profesional dapat ditempuh dengan menjawab 2 pertanyaan pokok yaitu bagaimana mendapatkan guru profesional dan bagaimana memberdayakan guru sehingga mandiri dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kegiatan-kegiatan esensial untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam peningkatan mutu pendidikan yaitu: 1) rekrutmen guru mulai dari perencanaan guru, seleksi guru dan pengangkatan guru, 2) peningkatan kemampuan guru, 3) peningkatan motivasi kerja guru, 4) pengawasan kinerja guru.
Pemerintah sudah menunjukkan perhatian serius terhadap guru dengan berupaya meningkatkan anggaran pendidikan dan membuat produk hukum yang mengatur tentang guru yaitu Undang-undang Guru.
Dalam undang-undang ini, sudah diatur mulai dari ketentuan umum kedudukan fungsi dan tujuan, prinsip profesionalitas guru, kualifikasi kompetensi dan sertifikasi, hak dan kewajiban serta sanksi. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan aturan perundang-undangan. Guru berfungsi untuk meningkatkan martabat sebagai agen pembelajaran, pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni. Serta pengabdian pada masyarakat berfungsi meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki bakat minat, panggilan jiwa dan idealisme, memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, memperoleh penghasilan sesuai prestasi kerja. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hak yang berkaitan dengan keprofesionalan guru.
B. Kerangka Konseptual
Untuk menjadi guru yang profesional maka dituntut sejumlah kemampuan yang bukan hanya menguasai Proses Belajar Mengajar tetapi juga menguasai IPTEK. Hal ini tidak akan dicapai jika tidak didukung oleh tingkat pendidikan yang memadai. Tingkat pendidikan tenaga kependidikan (guru) merupakan jenjang pendidikan profesional yang diperoleh di perguruan tinggi yang mencakup program DI, DII, DIII, S1, S2 dan S3. Perbedaan tingkat pendidikan membawa implikasi terhadap perbedaan kualifikasi profesionalisme guru. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi profesionalismenya dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan semakin rendah pula tingkat profesionalismenya.
Pengalaman kerja merupakan suatu hal yang sangat penting dalam meningkatkan keterampilan guru, karena guru yang berpengalaman dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tidak terlalu banyak menggunakan waktu, bahkan hasil-hasilnya diperoleh lebih baik dibanding dengan guru yang belum berpengalaman. Hal ini sangatlah beralasan, karena selama bertugas sebagai guru dengan sendirinya akan terjadi proses belajar dalam diri guru itu sendiri, pengalaman kerja lagi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang kreatif dan inspiratif dalam memajukan tugasnya hingga pada akhirnya menemukan jalan sendiri dalam memecahkan persoalan tanpa meninggalkan prosedur kerja yang sebenarnya. Dengan demikian semakin lama seorang guru menekuni bidang pendidikan dan pengajaran, maka ia akan menemukan berbagai hal baru yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.








Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata communist yang berarti sama makna. Jadi, kalau dua orang yang terlibat dalam komunikasi misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang diperbincangkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan perkataan lain mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya saling mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari yang diperbincangkan.
Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasar, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena komunikasi tidak hanya informative, yakni agar orang lain mengerti dan tahu tetapi juga persuasif, yaitu orang lain bersedia menerima suatu faham atau keyakinan, melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain.
Komunikasi menurut bahasa berarti perhubungan, misalnya antara dua negara yang berhubungan, hubungan dengan orang banyak dan sebagainya.
Menurut istilah para ahli memberikan batasan-batasan sebagai berikut :
1. James A.F Stones, dalam bukunya yang berjudul Manajemen, menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
2. John R. Schemerhorn Cs. Dalam bukunya yang berjudul Managing Organization Behavior, mengatakan bahwa komunikasi dapat di artikan sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.
3. Willieam F. Gluech. Dalam bukunya yang berjudul Manajemen , mengatakan bahwa komunikasi dapat dibagi dalam 2 bagian utama yaitu:
a. Interpersonal communications, komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antar dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia.
b. Organizational communications, yaitu dimana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi dan lembaga-lembaga diluar yang ada hubungannya.
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia baik yang primitif maupun yang modern berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu-individu lainnya (dan dengan begitu menetapkan kredibilitasnya sebagai seorang anggota masyarakat). Sehingga kesempatan individu tersebut untuk tetap hidup, sedangkan tidak adanya kemampuan ini pada orang individu pada umumnya dianggap sebagai suatu bentuk pathology kepribadian yang serius.
Komunikasi dapat dirumuskan sebagai proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Perkataan orang dalam pengertian ini membuktikan bahwa yang melakukan komunikasi adalah manusia. Dengan menyebut orang lain berarti komunikasi tidak harus antara dua orang manusia, tetapi bisa sekumpulan orang.
Mengenai pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli. Dari sekian banyak pengertian, Onong Uchjana Efendi menyimpulkan tentang komunikasi sebagai berikut :
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, ataupun tidak langsung secara media.
Pengertian komunikasi yang telah dikemukakan para ahli. Dari sekian banyak pengertian Onong Uchjana Efendi menyimpulkan tentang komunikasi sebagai berikut :
1. Pesan (massage)
2. Pengiriman pesan
3. Penyampaian pesan
4. Pemilihan sarana atau media
5. Penerimaan pesan
6. Respons, efek atau pengaruh
7. Gangguan komunikasi dari tiap-tiap tahap.
Dari unsur-unsur tersebut dapat dilukiskan sebagai contoh interaksi aktivitas komunikasi dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa. Dalam hal ini unsur komunikasi memegang pengaruh menentukan untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil interaksi tersebut. Keterpaduan dan keterkaitan unsur dengan unsur lainnya, akan membawa pengaruh pola kepada kualitas keberhasilan penguasaan tiap pokok bahasan, khususnya di mata pelajaran secara keseluruhan dan pengajaran pada umumnya.
Jadi, berdasarkan paradigma Laswell tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui yang menimbulkan efek tertentu. Laswell menghendaki agar komunikasi di jadikan objek studi ilmiah, bukan setiap unsur diteliti secara khusus. Studi mengenai komunikator dinamakan control analisis, penyelidikan mengenai pesan dinamakan content analisis audience analisis adalah studi khusus tentang komunikan, sedangkan efek analisis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi. Demikian kelengkapan unsur menurut Harold Laswell yang mutlak harus ada dalam setiap prosesnya.
Sebagai ilmu pengetahuan ilmu komunikasi/publistik bertujuan bahwa hasil penelitiannya akan dipergunakan dan dapat merupakan suatu bantuan untuk praktek dalam media massa.
Pendidikan dalam ilmu komunikasi selain mendidik orang menjadi ahli-ahli ilmu komunikasi tentunya juga mendidik orang menjadi publisis sifat utama dari seorang publisis adalah bahwa ia dapat memberi pemikiran-pemikiran yang bermanfaat untuk masyarakat secara langsung, memecahkan persoalan-persoalan yang aktual.
2. Pengertian Guru dan Siswa
Sebelum mengurai lebih lanjut tentang guru, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian guru.
Guru adalah seorang anggota masyarakat yang berkompeten (cakap, mampu dan wewenang) dan memperoleh kepercayaan pada masyarakat dan atau pemerintah untuk melaksanakan tugas fungsi dan peranan serta tanggung jawab guru, baik dalam lembaga pendidikan jalur sekolah maupun lembaga luar sekolah.
Dengan demikian dapat di pahami bahwa guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya adalah mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa dan karsa siswa implementasi konsep ideal mendidik, atau seorang anggota masyarakat yang mempunyai wewenang dan memperoleh amanat dari masyarakat atau pemerintah untuk menjalankan suatu tugas baik dalam lembaga jalur sekolah maupun di luar sekolah.
Defenisi lain dikemukakan oleh H. Abdurrahman bahwa :
Guru adalah suatu jabatan karir, fungsional dan profesional. Untuk jabatan ini diperlukan latar belakang pendidikan khususnya keguruan atau latihan dan pengalaman yang lama. Pelaksanaan jabatan ini memerlukan suatu landasan kode etik profesional karena berhubungan langsung dengan manusia dan kemanusiaan yang bersifat transcendental (amat penting)
Dalam uraian tersebut dapat dipahami bahwa guru adalah suatu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yaitu ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang profesional di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.
Dalam rangka ini guru semata-mata sebagai pengajar, juga sebagai pendidik sekaligus pembimbing. Ia memberikan pengerahan dalam menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar. Dalam usahanya untuk mengantarkan siswa/anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat dilakukan dan dibenarkan semata-mata dari kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawab.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa guru adalah seorang anggota masyarakat yang berkompeten dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan atau pemerintah untuk melaksanakan tugas, fungsi dan peranannya, yakni mengajar, mendidik dan membimbing serta menuntut siswa dalam belajar atau dengan kata lain guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam usaha pembentukan sumber daya manusia dan sebagainya.
B. Guru dan siswa sebagai unit komunitas masyarakat
Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.
Mengenal apakah peranan guru itu dan ada beberapa pendapat mengenai peranan guru, antara lain :
a. Prey kata menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasehat-nasehat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, bimbingan, dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
b. Havingurst menjelaskan bahwa peranan guru disekolah sebagai pegawai dalam perhubungan kedinasan, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua,
c. James W. Brown mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi-materi pelajaran, merencanakan dan mepersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
d. Federasi dan organisasi profesional guru sedunia mengungkapkan bahwa “peranan guru sekolah tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan kata lisator dari nilai dan sikap”.
Dari beberapa pendapat diatas maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar-mengajar, secara singkat dapat disebutkan :
1) Motivator, yaitu memberikan dorongan dan anjuran kepada siswanya agar secara aktif dan kreatif serta positif berinteraksi dengan lingkungan atau pengalaman baru berupa pelajaran yang ditawarkan kepadanya. Untuk itu guru, dengan seni dan ilmu yang dimilikinya dapat merangsang minta dan perhatian siswanya untuk menerima pengalaman baru.
2) Fasilitator, yaitu bagaimana upaya guru menciptakan suasana dan menciptakan fasilitas yang memungkinkan siswa dapat berinteraksi secara aktif dan kreatif dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), keterlibatan siswa dalam PBM hendaknya dilakukan secara suka rela, penuh minat dan perhatian.
3) Organisator, yaitu bagaimana upaya guru mengatur, merencanakan, memprogramkan dan mengorganisasikan seluruh kegiatan PBM. Disini guru juga harus bertindak sebagai leader dan manager yang memungkinkan tugas-tugasnya dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Sebagai manager, guru selain merencanakan, dan memprogramkan PBM, juga melaksanakan dan mengendalikan seluruh kegiatan Proses Belajar Mengajar dan diakhiri dengan tindakan pengukuran dan penilaian hasil belajar –mengajar.
4) Informatory, yaitu guru mampu memberikan informasi yang diperlukan oleh siswa, terutama informasi tentang kelanjutan dan kelangsungan belajar-mengajar atau pendidikan siswa, lapangan dan kesempatan kerja yang mungkin dimasuki siswa setelah menyelesaikan studi atau program pendidikannya dan informasi tentang kehidupan seperti bidang ekonomi, sosial budaya, politik, dan pertahanan keamanan.
5) Konselor, yaitu kegiatan guru memberikan bimbingan dan penyuluhan atau pelayanan khusus atau bantuan khusus kepada siswa yang mempunyai permasalahan baik yang bersifat educational dan instructional, emosional dan sosial yang bersifat mental spiritual. Yang berkompeten, namun melalui kegiatan belajar-mengajar sekaligus dapat dan wajib melaksanakan pemberian bantuan khusus kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Untuk tugas sebagai konselor, guru selayaknya mengembangkan tugas wawasan keguruan dan kependidikan nya disamping meningkatkan terus kemampuan profesional individual, dan sosialnya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar yakni :
1) Sebagai motivator, yaitu memberikan dorongan dan anjuran kepada siswanya agar secara aktif dan kreatif serta positif dalam berintegrasi dengan lingkungan atau pengalaman baru berupa pelajaran yang ditawarkan kepadanya.
2) Sebagai fasilitator, yaitu menciptakan suasana dan menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa dapat berinteraksi secara positif dan kreatif dalam proses belajar mengajar.
3) Organisator, yaitu mengatur, merencanakan, dan mengorganisasikan kegiatan proses belajar mengajar.
4) Informatory, yaitu guru mampu memberikan informasi yang diperlukan oleh siswa baik untuk kepentingan dan kelancaran kegiatan proses belajar mengajar maupun untuk kepentingan masa depan siswa.
5) Konselor, yaitu guru memberikan bimbingan dan penyuluhan atau bantuan khusus kepada siswa yang mempunyai permasalahan dan sebagainya.
Untuk dapat melakukan peranan dan melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya, guru memerlukan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat inilah yang akan membedakan antara guru dari manusia-manusia lain pada umumnya. Syarat-syarat tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok :
a. Persyaratan administrasi.
Syarat-syarat administrasi ini antara lain meliputi: soal kewarganegaraan (warga negara Indonesia), umur (sekurang-kurangnya 18 tahun), berkelakuan baik, mengajukan permohonan. Disamping itu masih ada syarat-syarat lain yang telah ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan yang ada.
b. Persyaratan teknis.
Dalam persyaratan teknis ini ada yang bersifat formal, yakni harus berijazah pendidikan guru. Hal ini mempunyai konotasi bahwa seseorang yang memiliki ijazah pendidikan guru itu dinilai sudah mampu mengajar. Kemudian syarat-syarat yang lain adalah menguasai cara dan tehnik mengajar, terampil mendesain program pengajaran serta memiliki motivasi dan cita-cita memajukan pendidikan pengajaran.
c. Persyaratan fsikis.
Yang berkaitan dengan kelompok persyaratan fsikis, antara lain: sehat rohani, dewasa dalam berfikir, sopan memiliki jiwa kepemimpinan, konsekuen, dan berani bertanggung jawab, berani berkorban serta memiliki jiwa pengabdian. Di samping itu guru juga dituntut untuk bersifat pragmatis dan realistis, tetapi juga memiliki pandangan yang mendasar dan filosofis. Guru juga harus mematuhi norma-norma dan nilai yang berlaku serta memiliki semangat membangun. Inilah pentingnya bahwa guru harus memiliki panggilan hati nurani untuk mengabdi demi anak didik.
d. Persyaratan fisik.
Persyaratan fisik ini meliputi antara lain: berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh yang mungkin mengganggu pekerjaannya. Tidak memiliki gejala-gejala penyakit menular. Dalam persyaratan fisik ini juga menyangkut kerapihan dan kebersihan, termasuk bagaimana cara berpakaian. Sebab bagaimana juga guru akan selalu akan dilihat/amati dan bahkan dinilai oleh para siswa/anak didiknya.
Dalam berbagai persyaratan yang telah dikemukakan diatas, menunjukkan bahwa guru memiliki bagian tersendiri dengan berbagai ciri kekhususannya, apalagi kalau dikaitkan dengan tugas profesinya. Sesuai dengan tugas profesinya maka sifat dan persyaratan tersebut secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam spektrum yang lebih luas, yakni guru harus: a. memiliki kemampuan profesional, b. memiliki kapasitas intelektual, dan c. memiliki sifat edukasi sosial.
Ketiga syarat itu diharapkan dimiliki oleh setiap guru, sehingga mampu mematuhi setiap fungsinya sebagai pendidik bangsa, guru di sekolah dan pemimpin di masyarakat. Untuk itu diperlukan kedewasaan dan kematangan dari guru itu sendiri. Dengan kata lain bahwa ketiga syarat kemampuan tersebut, perlu dihubungkan dengan tingkat kedewasaan seorang guru itu sudah memiliki kepastian intelektual yang tinggi dan memadai.
Untuk melaksanakan tugas pokoknya, guru harus memiliki seperangkat kompetensi keguruan, antara lain :
1. Penguasaan materi bidang studi yang akan diajarkan.
2. Pemahaman dan keterampilan mengelolah kelas.
3. Pemahaman dan kemampuan mengelola program pengajaran PBM dan sumber-sumber belajar.
4. Keterampilan memilih, menyusun dan menggunakan berbagai media pelajaran.
5. Kemampuan dan keterampilan untuk memilih dan menggunakan model-model mengajar, strategi mengajar dan metode-metode mengajar yang bervariasi.
6. Kemampuan dan keterampilan untuk menerapkan prinsip-prinsip pengukuran dan penilaian.
7. Pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan menerapkan pengembangan sistem-sistem instruksional dalam PBM.
8. Pengetahuan, pemahaman, kemampuan dan keterampilan menyusun dalam melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
Untuk melaksanakan tugas dan kompetensinya, guru dalam mendesain pelajaran, hendaknya memperhatikan unsur-unsur dan faktor-faktor yang mendukung PBM, antara lain :
1) Tujuan pengajaran yang akan dicapai baik yang umum maupun yang khusus dirumuskan secara jelas dan dapat diukur.
2) Materi pelajaran yang akan diajarkan, apakah tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit dibanding waktu yang disediakan.
3) Metode strategi dan model mengajar sesuai dengan kondisi ruangan besar kecilnya jumlah siswa dan jenis bidang studi yang akan diajarkan.
4) Sumber belajar dan media belajar yang akan digunakan dalam PBM apakah cukup tersedia baik kuantitasnya maupun kualitasnya yang menunjang berlangsungnya PBM secara efektif dan optimal.
5) Pengelolaan pelajaran atau managemen IBM dan PBM diikutkan dengan pengelolaan kelas, faktor penunjang dan faktor penghambat seta jenis pendekatan yang akan digunakan oleh guru kelasnya.
6) Siswa yang akan belajar, bagaimana pengaruhnya di kelas waktu belajar, apakah dalam bentuk klasikal, teateral, individual atau kelompok, tingkat perbedaan kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang kehidupan sosial keluarganya serta kepribadian siswa itu sendiri yang harus diketahui oleh guru.
7) Faktor guru itu sendiri dengan kompetensi yang dimilikinya, kepribadian, perhatian, minat, dan kecintaannya pada tugas dan siswanya.
Siswa penyelenggaraan pengukuran dan penilaian hasil belajar daya serap dan prestasi belajar siswa efektifitas dan metode, strategi dan model mengajar yang diterapkan dan penyajian bahan yang relevan, termasuk bentuk-bentuk teks dan waktunya, pendekatan dan keputusan terakhir yang akan diterapkan.
9) Managemen dan pengembangan IBM-IBM yang akan diterapkan dalam pelaksanaan pengajaran harus dilakukan secara selektif dan fleksibel oleh guru.
10) Kode etik guru, baik dalam melaksanakan tugas keguruan, tugas sosial kemasyarakatan, maupun dalam kedudukannya sebagai warga negara dan anggota atau kepala keluarga seharusnya memahami dan mau serta mampu melaksanakan setiap butir kode etik profesinya tersebut.
Profesi guru sebagai suatu jabatan dilandasi oleh suatu kode etik, yang merupakan tanggung jawab guru terhadap jabatannya dengan asas-asas sebagai berikut :
a) Jiwa jabatan dan pengabdian guru menggerakkan dan mengatur tingkah lakunya.
b) Cita-cita, rasa hormat dan bangsa atas jabatan atau profesinya sebagai guru menjadi pendorong baginya untuk memperhatikan dan menaati norma-norma jabatannya.
c) Kebiasaan dan pengalaman-pengalaman di dalam pelaksanaan tugas jabatannya akan memperkaya dan memperkuat norma karyawan dan profesinya.
d) Upaya yang terus menerus untuk meningkatkan mutu profesi, mengembangkan kepribadian dan kehidupan sosialnya sehingga benar-benar menjadi guru, pendidik dan pengajar yang profesional, tergambar dalam kemampuan dan kualitas hubungan komunikasi guru dengan pihak terkait.
Menurut Westby Gibson, kode etik (guru) dikatakan sebagai suatu statemen formal yang merupakan norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru. Sehubungan dengan itu maka tidaklah terlalu salah kalau dikatakan kode etik guru merupakan semacam pangkal dari kecenderungan manusiawi seorang guru yang ingin menyeleweng. Kode etik guru juga merupakan perangkat untuk mempertegas atau mengkristalisasi kedudukan dan peranan guru serta sekaligus untuk melindungi profesinya.
Adapun rumus kode etik guru, yang merupakan kerangka pedoman guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII, ada sembilan item :
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang berpancasila.
b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai kebutuhan anak didik masing-masing.
c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi mengenai anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
f. Guru secara sendiri atau bersama-sama berusaha dan mengembangkan atau meningkatkan mutu profesinya.
g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru dengan baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
h. Guru secara bersama-sama memelihara membina dan meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Dengan melihat ketentuan-ketentuan tersebut, maka dapat dipahami bahwa seorang guru mantap atau dengan kata lain cukup banyak perangkat untuk tidak cenderung menyeleweng, sekaligus perangkat yang utuh mempertegas atau mengkristalisasi kedudukan dan peranannya sebagai guru serta sekaligus untuk melindungi profesinya.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari pendidikan keseluruhan dengan seorang guru sebagai peranan utama. Peristiwa belajar mengajar berakhir dari pada berbagai pandangan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses belajar mengajar yang dikelompokkan kedalam 4 hal, yaitu : (1) proses informasi, (2) perkembangan pribadi, (3) interaksi sosial, (4) modifikasi tingkah laku.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan guru dan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lain saling berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Yang termasuk komponen belajar mengajar antara lain meliputi instruksional yang hendak dicapai, materi pelajaran, dan evaluasi sebagai alat ukur tercapai atau tidaknya tujuan. Kesemuanya itu saling berkaitan satu sama lainnya. Keterkaitan ini dapat digambarkan dalam uraian berikut.
Dalam satu kali proses belajar mengajar, yang pertama kali dilakukan adalah merumuskan tujuan instruksional khusus yang akan dicapai. Setelah merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK), langkah berikutnya ialah menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan tersebut. Selanjutnya menentukan metode mengajar yang akan digunakan dan dijabarkan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar yang merupakan wahana pengembangan materi pelajaran sehingga dapat diterima dan menjadi milik siswa. Kemudian menentukan alat peraga pelajaran yang dapat digunakan untuk memperjelas dan mempermudah penerimaan materi pelajaran oleh siswa serta dapat menunjang tercapainya tujuan tersebut. Langkah yang terakhir adalah menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai tidaknya tujuan yang hasilnya dapat dijadikan sebagai feedback bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajar maupun kuantitas belajar siswa.
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa belajar mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain, dan salah satu diantaranya tidak dapat dilepaskan. Belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dan individu dengan lingkungannya, perubahan berarti bahwa seseorang setelah mengalami sesuatu proses belajar, akan mengalami tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Kriteria keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moril yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik, tetapi sederhana. Dikatakan unik karena ia berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni siswa dan yang mengajar yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia di dalam masyarakat yang kesemuanya menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan sehari-hari.